SMP Negeri 19 Ambon: Penyaluran PIP yang Menyedihkan, Siswa Layak Terabaikan

Ambon, Indolensa – Dalam suasana yang mengharukan, Kepala Sekolah SMP Negeri 19 Ambon, Novy Gaspersz, mengungkapkan kekecewaannya terhadap ketidakadilan dalam penyaluran Program Indonesia Pintar (PIP) yang seharusnya memberikan harapan bagi siswa-siswa dari keluarga kurang mampu. Dalam wawancara eksklusif di ruang kerjanya, Ambon (12/02/25) Novy menceritakan kenyataan pahit yang dihadapi oleh banyak siswa yang seharusnya mendapatkan bantuan pendidikan.

“PIP dirancang untuk membantu siswa dari latar belakang ekonomi lemah, namun faktanya banyak dari mereka yang justru terabaikan. Dari ratusan siswa yang terdaftar, hanya sedikit yang benar-benar mendapatkan bantuan. Ini sangat menyedihkan,” tegas Novy dengan nada yang penuh keprihatinan.

Kepala Sekolah yang telah menjabat sejak tahun 2020 ini mencatat bahwa ketidakakuratan dalam proses verifikasi oleh pihak bank membuat situasi semakin rumit.

“Mereka yang seharusnya menerima bantuan tidak tercantum dalam daftar penerima, sementara beberapa siswa dari keluarga mampu justru dengan mudah mendapatkan dana tersebut,” lanjutnya.

Novy juga menyoroti pentingnya komunikasi yang lebih baik antara sekolah, orang tua, dan pihak bank serta pusat.

“Banyak orang tua yang tidak mendapatkan informasi penting tentang pencairan dana PIP, terutama yang berkaitan dengan siswa yang telah lulus. Ini menimbulkan kebingungan dan frustrasi,” keluhnya.

Sebagai upaya untuk memperbaiki situasi ini, Novy telah mengeluarkan surat keterangan kepada wali kelas agar informasi ini dapat diteruskan kepada orang tua siswa.

“Kami berusaha keras untuk memastikan semua siswa mendapatkan haknya, namun sistem yang ada sangat membatasi kemampuan kami,” ungkapnya.

Isu lain yang dihadapi adalah kesalahan dalam pengiriman data yang berdampak pada Kartu Ambon Pintar (KAP).

“Kami mengalami human error yang menyebabkan banyak siswa tidak mendapatkan KAP yang seharusnya mereka terima. Kami berkomitmen untuk memperbaiki kesalahan ini agar tidak terulang di masa mendatang,” tegasnya.

Novy menekankan bahwa penggunaan dana PIP harus difokuskan pada keperluan pendidikan.

“Kami sering kali harus mengingatkan orang tua bahwa dana ini bukan untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi untuk mendukung pendidikan anak-anak mereka. Namun, masih ada yang mengabaikan hal ini,” tuturnya dengan nada penuh harapan.

Dengan jumlah siswa mencapai 914, Novy berdoa agar ke depannya semua siswa, terutama yang membutuhkan, dapat mendapatkan akses pendidikan yang layak.

“Kami berharap pemerintah dan pihak bank dapat mereformasi sistem penyaluran PIP agar lebih efektif dan adil. Jangan sampai anak-anak yang layak terabaikan,” harapnya.

Kondisi ini menjadi panggilan bagi semua pihak, termasuk pemerintah dan lembaga terkait, untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia, demi masa depan yang lebih cerah bagi generasi penerus bangsa.