Bisnis, Money Politik Dan Pembodohan Publik

Peraktik money politik hari ini hampir di anggap sebagai durian runtuh bagi masyarakat, bahkan banyak pula yang ingin momen pemilihan itu terjadi secara instan dan cepat, tanpa ada basa-basi dan untuk memilah visi misi yang terbaik untuk rakyat dan negara, khususnya di daerah. kandidat yang mencalonkan diri dan tidak ada yang namanya memilah yang terbaik di antara kandidat yang mencalonkan, maupun dari karakter kandidat yang mengusungkan dirinya mencalonkan DPRK, DPRI, DPRD dan bahkan Bupati.

Di karenakan masyarakat lebih tergiur akan uang yang di tawarkan kandidat saat menjelang pemilihan di kabupaten aceh tenggara, yang selalu di kotori oleh para pemain politik, yang mencuci watak masyarakat dan akan ikut serta dalam pemilihan secara demokratis nantinya.
Bahkan masyarakat yang awam sekali pun mengerti, buruknya dampak dari money politik yang di tawarkan oleh kandidat yang akan mencalonkan diri, tetapi alangkah lebih kejam lagi ketika para kandidat peserta calon legeslatif dan eksekutif ini mendoktrin dari generasi ke generasi seolah – olah money politik ini adalah sesuatu yang layak dan wajar untuk diterima dan di konsumsi.

Bacaan Lainnya

Bahkan para kandidat ini, menawarkan dan bersaing dalam sogok – menyogok di antara kandidat satu dengan kandidat yang lain nya, mereka bersaing siapa yang lebih banyak dan memumpuni dalam jumlah uang yang di tawarkan kepada masyarakat, dan bahkan ini adalah salah satu di anggap bisnis oleh okonum kandidat-kandidat tertentu.

jika hasil terkait dalam bidang sogok ini, menjadikan si kandidat duduk dan menjadikan mereka sebagai pejabat publik nantinya maupun itu legislatif dan eksekutif, mereka tidak ada lagi untuk kata serius dalam membangun daerah, maupun memperjuangkan hak-hak rakyat.

mereka menganggap ketika masyrakat miskin menjerit karena ekonomi, bahkan menjerit dalam bidang-bidang lainya, seperti akses jalan dan infrastruktur yang tidak ada sedikitpun menguntungkan dan mempermudah bagi masyarakat dan daerah, Mereka menganggap jeritan rakyat hanya sebagai kicauan burung yang sudah di beri makan namun lapar lagi.
Para kandidat yang sudah terpilih sebagai pengemban kubutuhan rakyat dan daerah, menganggap mereka sudah membeli hak suaranya, melalui pemilihan, pada awalnya dengan uang yang di suguhkan dan di terima oleh masyarakat pada umumnya.

Sesuatu yang bodoh dan tak lazim bukan ? niat para calon kandidat ini, pada awalnya denga menyogok dengan dalih sudah beginilah sistemnya, selalu ini yang di jawab oleh calon kandidat di saat saya berdiskusi mengenai system politik lingkaran setan yang telah dibangun di kalangan pejabat publik, dan masayarakat umum di kabupaten aceh tenggara.

Serta menjadi bisnis yang menjajikan ketika kandidat ini kelak akan terpilih menjadi pejabat publik melalui proyek-proyek dan dana aspirasi dari setiap kandidat yang terpilih nantinya, ada pula dari golongan pejabat yang pernah menjabat sebagai legislatif dan eksekutif ini mencalon kan saudaranya dan bahkan anaknya menjadi kandidat pejabat publik dengan pola yang sama. Yaitu mengutamakan money politik dari pada gagasan untuk membangun kabupten yang di amanahkan nantinya.

Bisa di katakan visi misi dari kandidat yang mencalonkan tersebut, hanya sebagai kalimat yang indah tanpa noda dan hanya sebagai pajangan belaka, tidak ada niat sedikit pun menjalankan visi dan misi tersebut yang mereka utamakan adalah pembalikan modal pada waktu mereka menyuap atau membeli suara rakyat dengan uang, dan sebagai bisnis di saat mereka menduduki jabatan yang mereka emban.
Begitu genster bukan ? cara oknum-oknum kandidat ini berbisnis dengan menjual nama kesejahteraan rakyat, begitu juga dengan rakyat yang telah memakan uang yang di tawarkan bahkan sampai satu suara bisa mencapai Rp. 500,000; dan bahkan lebih.

Pola jahanam ini yang selalu di gadang-gadang oleh masyarakat pada umumnya, dengan anggapan bahwa uang telah di berikan dan urusan itu selesai, bahkan kandidat yang mencalon kan diri sebagai pejabat tersebut akan mengeluarkan uang meliaran rupiah untuk meduduki kekuasaan melalui masyrakat yang katanya telah sadar tetapi masih saja dapat di bodohi dengan iming – iming tertentu atau transaksi money politik.

Bahkan bagi masyarakat hal yang sedemikian di anggap sesuatu yang lajim, karena pola ini adalah tidak baik, tapi menguntugkan, dan kebanyakan masyarakat menerima uang haram ini di karenakan lemahnya faktor ekonomi, dan menjadi salah satu cara untuk mendapatkan uang dengan instan, dan sangat peraktis tanpa harus berkerja, hanya mengorban kan hak pilih dan menghancurkan bangsa, begitulah kiranya pemeikiran masayaarakat pada saat ini di kabupaten aceh tenggara.

Sitem politik lingkaran setan ini terus di rawat di antara keluarga yang pernah menjadi pejabat sebagai pejabat publik, yang mengusung, sanak dan saudaranya menjadi pengemban amanah rakyat. Parahnya amanah rakyat tersebut di rubah menjadi kepentingan keluarga, dalam melanggengkan bisnis dan menumpuk kekayaan pribadi, dan di sinilah masyarakat aceh tenggara mengalami puncak pembodohan setelah berpesta menerima uang money politik,dari kandidat yang di maksud.

Dalam hal ini, lembaga Panwaslu kabupaten pun tidak bisa memberantas pola sogok menyogok di kalangan masyarakat, karena masyarakat pun setuju akan money politik, dan masyarakat juga mendiamkan gerakan merajalela politik lingkaran setan tersebut, sehingga menjadikan hal yang lumrah di kalangan masyarakat, kalau sudah begitu bagai mana peran strategis panwaslu untuk mengurai benang kusut politik lingkaran setan tersebut, atau jangan-jangan panwaslu ikut terseret bermain di dalamnya ?.

Pos terkait