Perkuat Tanggap Darurat Laut, Pangkoarmada III Pimpin Apel Gelar Pasukan Latihan SAR Maluku

Ambon, Indolensa — Komitmen memperkuat sistem tanggap darurat di wilayah kepulauan kembali ditegaskan melalui Apel Gelar Pasukan Latihan SAR Laut Tahun 2025 yang berlangsung di Dermaga Irian, Lantamal IX Ambon, Senin (4/8/25). Kegiatan strategis ini dipimpin langsung Panglima Komando Armada (Pangkoarmada) III, Laksda TNI Hersan, S.H., M.Si., M.Tr.Opsla, dan dihadiri sejumlah pimpinan instansi vertikal maupun pemerintah daerah.

Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) Maluku, Brigjen Pol Imam Thobroni, S.I.K., M.H., yang turut hadir, menyampaikan apresiasinya atas pelaksanaan latihan terpadu tersebut. Menurutnya, pelatihan semacam ini krusial mengingat karakteristik wilayah Maluku sebagai daerah kepulauan dengan tingkat kerawanan tinggi terhadap kecelakaan laut.

“Kami memberikan apresiasi atas kegiatan apel gelar pasukan dalam rangka pelatihan SAR Tahun 2025. Ini menjadi langkah penting dalam meningkatkan kesiapan seluruh unsur dalam merespons situasi darurat,” ujar Brigjen Thobroni di sela kegiatan.

Pelatihan SAR laut kali ini dirancang untuk meningkatkan profesionalisme personel, kesiapan sarana-prasarana, serta efektivitas sistem komando dan koordinasi lintas-instansi dalam operasi penyelamatan. Latihan ini juga menjadi ruang taktis dan teknis untuk mengasah kemampuan menghadapi medan tugas yang nyata.

Dalam sambutannya, Pangkoarmada III menegaskan pentingnya sinergi antara TNI, Polri, Basarnas, Bakamla, serta unsur maritim lainnya, termasuk pemerintah daerah, guna mewujudkan penanganan darurat yang cepat dan tepat.

“Laut Maluku yang luas dan kompleks, dengan intensitas pelayaran tinggi, memerlukan sistem SAR yang terpadu dan responsif. Melalui latihan ini, setiap unsur harus memahami peran dan mampu bertindak secara terkoordinasi,” tegas Laksda Hersan.

Kegiatan latihan SAR ini sekaligus menjadi momentum memperkuat kolaborasi antar-lembaga dalam membangun kesiapsiagaan nasional, khususnya di wilayah timur Indonesia yang memiliki tingkat keterpencilan dan keterbatasan infrastruktur komunikasi.