“Bupati Bayangan” di Balik Meja: Krisis Birokrasi dan Kuasa Tak Terlihat di SBB

SBB, Indolensa – Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) yang lahir dari semangat membebaskan masyarakatnya dari keterisolasian geografis dan keterpurukan sosial-ekonomi, kini justru berada di ambang stagnasi akibat birokrasi yang dinilai semakin tidak sehat. Di bawah kepemimpinan Bupati Asri Arman periode 2025–2030, suara-suara kritik kian nyaring terdengar—bukan hanya soal pelayanan publik yang lesu, namun juga karena munculnya sosok-sosok “bupati bayangan” yang disebut-sebut ikut mengatur arah pemerintahan dari balik layar.

Rutumalessy, salah satu tokoh masyarakat SBB, secara tegas menyebut bahwa ada praktik tebang pilih dalam sistem birokrasi saat ini. Menurutnya, pengangkatan pejabat hingga pengelolaan proyek tidak lagi berbasis kapasitas dan integritas, melainkan karena kedekatan emosional dengan Bupati atau karena afiliasi suku dan kepentingan kelompok tertentu.

“Kabupaten ini sesak nafas. Banyak yang datang dari luar karena sudah tidak terpakai di tempat asalnya, tapi di sini diberi jabatan strategis,” tegas Rutumalessy kepada Indolensa, Selasa siang (25/6).

Ia menyebut, jabatan kunci kini cenderung diberikan kepada figur-figur yang tak memiliki rekam jejak mumpuni, namun mampu “mengamankan” kepentingan elit di sekitarnya. Bahkan, dugaan permainan jabatan terstruktur dikaitkan dengan lingkaran dalam, termasuk ajudan Bupati yang dinilai terlalu dominan mengatur promosi jabatan.

Rutumalessy menuding, ada skenario matang di lingkar ajudan Bupati untuk menggiring sejumlah nama ke posisi-posisi penting, termasuk istri ajudan yang disebut-sebut akan menempati jabatan kabag strategis.

“Ini bukan daerah pribadi. Kalau dulu pernah bermain di era almarhum Yasin Payapo dan Andi Chandra, jangan ulangi pola itu sekarang di masa Asri Arman,” ujarnya tegas.

Ia juga menyoroti kecenderungan rangkap jabatan yang makin marak terjadi, sebagai strategi mengamankan kontrol atas beberapa pos anggaran penting. Menurutnya, meski kapasitas individu yang ditunjuk pas-pasan, mereka tetap didorong naik jabatan karena loyalitas, bukan kompetensi.

Tak hanya itu, ia menyebut pengusaha-pengusaha “pendatang” yang diduga berlindung di balik jaringan kekuasaan juga turut memperburuk situasi, dengan mengedepankan keuntungan pribadi dalam proyek-proyek pengadaan, tanpa memedulikan kualitas pembangunan di lapangan.

Peringatan Keras untuk Bupati

Lewat pesan singkatnya kepada media ini, Rutumalessy memberikan peringatan keras kepada Bupati SBB agar lebih selektif dan arif dalam menyusun struktur birokrasi di lingkup pemerintahannya.

“Kalau salah langkah, Kabupaten ini bisa lebih hancur dari sekarang. Bupati tak akan nyaman memimpin jika dikelilingi orang-orang yang membisikkan kepentingan kelompok, bukan rakyat,” pungkasnya.

Seram Bagian Barat, dengan julukan Saka Mese Nusa, kini berada di persimpangan jalan. Harapan besar rakyat yang dulu diperjuangkan para pendiri kabupaten ini, bisa kembali menemukan jalannya—jika pemimpinnya mampu mendengar, bersikap tegas, dan membongkar jebakan kekuasaan yang menjalar diam-diam dari balik tirai kekuasaan.