Ambon, Indolensa – Gejolak terjadi di Negeri Passo, Ambon. Ratusan masyarakat adat turun ke jalan, menolak rencana eksekusi Gereja Menara Iman oleh Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM). Dalam aksi yang berlangsung di depan Kantor Sinode GPM, Senin (3/2/2025), mereka bersumpah mempertahankan gereja yang dianggap sebagai warisan sakral leluhur.
Bukan sekadar tempat ibadah, gereja yang telah berdiri sejak 1885 dan diresmikan oleh pemerintahan Belanda pada 1904 ini menjadi simbol sejarah dan identitas masyarakat adat Negeri Passo. Namun kini, ancaman eksekusi oleh pengadilan memicu kemarahan.
“Kami menghargai hukum, tetapi kami tidak akan tinggal diam melihat rumah Tuhan yang dibangun leluhur kami direnggut begitu saja!” seru salah satu perwakilan adat dalam orasi.
Ancaman Besar: Jika Gereja Dieksekusi, Aset GPM Akan Direbut Kembali
Dalam pernyataan sikapnya, masyarakat adat menegaskan bahwa Gereja Menara Iman adalah milik mereka, bukan Sinode GPM. Mereka mengultimatum bahwa jika eksekusi dipaksakan, maka seluruh aset milik GPM yang berdiri di atas tanah adat akan diambil kembali!
Tak hanya itu, mereka juga menolak segala bentuk intimidasi terhadap jemaat yang tetap ingin beribadah di gereja tersebut.
“Ini pertama kalinya dalam sejarah gereja di Maluku, rumah ibadah hendak dieksekusi! Apakah ini yang disebut keadilan?” ujar seorang tokoh adat dengan nada geram.
Dukungan juga datang dari anak-anak Negeri Hatukau Batu Merah, yang berjanji akan menggelar aksi lebih besar jika eksekusi tetap dilakukan.
Sinode GPM Didesak Buka Suara! Akankah Ada Jalan Damai?
Hingga berita ini diterbitkan, Sinode GPM belum memberikan tanggapan resmi. Namun, ketegangan terus meningkat. Masyarakat adat berpegang teguh pada hak historis mereka, sementara keputusan hukum tetap mengarah pada eksekusi.
Kini, publik bertanya-tanya: Akankah Sinode GPM tetap bersikeras, atau ada jalan tengah yang bisa menyelamatkan gereja ini dari kehancuran?
Ketegangan di Negeri Passo semakin memanas. Mata seluruh warga Maluku kini tertuju pada langkah selanjutnya dalam kisah sengketa gereja ini.