SURABAYA, ILC –Lima pasangan calon (Paslon) kepada daerah di Jawa Timur bakal melawan kotak kosong dalam Pilkada 2024. Gus Har, menilai bahwa kondisi ini merupakan erosi atau terkikisnya praktik demokrasi lokal.
“Jadi kalau terjadi kotak kosong artinya erosi dalam praktek demokrasi lokal atau bisa kita sebut demokrasi kita sudah rusak, dobolosasi, gombalisasi bin tololisasi,”ujar Gus Har, Kamis (19/11/2024).
Sebagai informasi, lima daerah yang akan melawan kotak kosong adalah Kota Surabaya, Kota Pasuruan, Gresik, Trenggalek, dan Ngawi. Kelimanya juga memiliki pasangan calon inkumben.
Menurut Gus Har Pilkada harusnya diikuti oleh lebih dari satu pasangan calon. Jika pasangan calon tunggal, maka tidak bisa disebut pemilihan.
Dia melanjutkan, kondisi seperti ini terjadi bukan karena pasangan calon tunggal yang memperoleh rekomendasi partai politik secara borongan. Melainkan masalah pada parpol yang tidak mengajukan calon. Padahal, keputusan Mahkamah Konsititusi (MK) telah mengakomodasi parpol dengan jumlah kursi parlemen yang sedikit.
Selanjutnya Gus Har menambahkan, Bahwa Pilkada dengan pasangan calon tunggal tidak layak disebut demokrasi. Sebab, demokrasi butuh proses yang kompleks dan berkesinambungan. Seperti keterlibatan masyarakat dalam menentukan pasangan calon pada Pilkada, karenanya, parpol harusnya memahami soal politik lokal di daerah.
Selanjutnya, rakyat daerah melalui aspirasi parpol bisa menentukan wajah pemerintah dan pemerintahannya.
Akan tetapi kondisi saat ini dengan pasangan calon tunggal menunjukkan sebaliknya. Masyarakat harus dipaksa untuk menerima pilihan parpol.
“Bukti yang terjadi saat ini masyarakat tidak bebas memilih pemimpin dan mempengaruhi pemerintahan lokal, melainkan demokrasi yang didikte oleh partai politik,” tutur Gus Har.
Gus Har pun menyarankan agar masyarakat dengan daerah yang memiliki pasangan calon tunggal bisa memilih kotak kosong.
“Apabila ada money politik maka ambil saja uangnya, ambil sembakonya, kita tetap coblos Kotak Kosong dan menangkan Kotak Kosong.”
Gus Har bersama masyarakat Jawa Timur siap menangkan Kotak Kosong dan siap kalahkan pasangan calon tunggal, Pilihan ini bisa jadi pilihan dan aspirasi agar demokrasi lokal tetap hidup.
“Jadi, apabila kota kosong memenangi Pilkada, maka demokrasi lokal sudah matang. Daerah yang menang kotak kosong juga berarti memiliki literasi politik yang baik,” pungkas Gus Har.(Red)