Hari Buku Nasional, Buku Rohingya Dibedah di NasDem Tower

Jakarta – Memperingati Hari Buku Nasional pada 17 Mei, DPP Partai NasDem mengadakan bedah buku di NasDem Tower Menteng, Jakarta pada Jumat (17/5). Bedah yang dimulai sejak pukul 09.30 WIB-11.00 WIB membedah buku berjudul Muslim Rohingya Ditolak di Indonesia, Mengapa? Buku terbitan Bandar Publishing di Banda Aceh ini ditulis oleh Murizal Hamzah dengan editor Zulfata mendapat perhatian DPP Partai Nasdem dalam menyikapi perkembangan kemanusiaan dan kenegaraan akhir-akhir ini. Ikut hadir antara lain Sekjen DPP NasDem Kakak Hermawi Fransiskus Taslim, anggota DPR RI kakak Muhammad Farhan, puluhan kader dan politikus Partai NasDem, Abu Misee, dan lain-lain. Sedangkan dari zoom ada pertanyaan dari Kamal Farza, Mukhlisuddin Ilyas dan sebagainya.

“Saya menyampaikan rekomendasikannya melalui bedah buku tersebut di antaranya Pemerintah Indonesia di masa kepemimpinan Presiden RI Prabowo Subianto 2024-2029 mampu memediasi dialog perdamaian di Arakan. Melobi Cina untuk mendukung perdamaian di Arakan. Etnis Rohingya hanya jadikan RI sebagai transit sebelum PBB mempercepat proses ke negara lain,” ungkap Murizal, Jumat dalam bedah buku secara offline dan online dengan moderator Teuku Taufiqulhadi

Bacaan Lainnya

Murizal menyebutkan, WNI menolak etnis Rohingya yang terdampar di Indonesia karena membaca info dari hoaks di media sosial dan sebagainya. Penulis buku biografi deklarator Aceh Merdeka Hasan Tiro, Ph.D ini menyatakan hoaks terhadap Rohingya tidak jatuh dari langit atau hadir sendiri, MH – sapaan akrabnya – menuturkan hoaks ini ada yang memproduksi, mereproduksi, dan mendistribusikan. Menjawab pertanyaan peserta di ruang teater tersebut, siapa otak dari pengusiran ini, mantan wartawan Koran Sinar Harapan ini tidak menjawab secara rinci.

“Pengiringan hoaks ini dilakukan secara TSM alias terstruktur, sistematik, dan masif. Ada yang kendalikan hoaks ini dan anggarannya banyak,” ungkap MH.

Menjawab pertanyaan peserta, lebih mengutamakan misi kemanusiaan atau kedaulatan negara dalam perkara Rohingya, editor buku biografi Wakapolri Jusuf Manggabarani ini secara nasionalisme, kedaulatan negara adalah segala-galanya. Namun sebagai orang Pancasilais, WNI dituntut untuk mengutamakan sisi-sisi kemanusiaan seperti tercantum dalam Sila kedua Pancasila.

“Kalau RI mau usir etnis Rohingya maka tolak Ketika kapal Rohingya di perairan internasional dengan beri makanan dan BBM. Kalau sudah masuk perairan Indonesia, RI atas nama kemanusiaan wajib bantu. Bukan ditolak ketika sudah di daratan. Ratusan warga Rohingya yang sudah berbulan-bulan butuh bantuan karena mereka kelaparan dan kehausan,” ajak eks finalis Ubud Writers Festival di Bali, 2016.
Teuku Taufiqulhadi menyinggung tujuan buku ini mengarah pada penunjukan sikap dan potensi penolakan secara terorganisir. Disebutkan buku ini ingin menunjukkan sikap penolakan sangat terorganisir. Pertama ada hoaks, setelah hoaks ada penolakan.

Kegiatan bedah ini berlangsung alot dan penuh nuansa tukar pikiran antara peserta diskusi yang mengajukan pertanyaan secara online dan offline. Total peserta yang mengikuti acara diperkirakan lebih dari 100 peserta.

Pos terkait