SURABAYA, indoLensa.com – Permasalahan gizi buruk yang menimpa anak usia di bawah lima tahun (Balita) tidak hanya terjadi di kawasan pedesaan di Daerah. Kawasan kota besar seperti Surabaya pun tak luput dari permasalahan serupa.
Menurut literasi dari dinas Kesehatan, Stunting (pendek) adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Penyebab stunting karena terjadinya kekurangan gizi kronis atau menahum sejak ibu mulai mengandung hingga anak berusia 2 tahun. Perlu diketahui bahwa 80% pembentukan otak terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan anak.
Nah, dengan berdasarkan data dari beberapa Puskesmas di kota Surabaya terutama di Kecamatan Gubeng, Lions Club Surabaya Sejahtera bersama Infinity K- Pop Dance Unit King Sejong Institute Surabaya menyalurkan bantuan kepada beberapa balita stunting yang berada di Kecamatan Gubeng. Sabtu, (2/9/2023).
Pemberian bantuan tersebut langsung ke rumah-rumah balita tersebut yang kebanyakan adalah masyarakat yang kurang mampu di kawasan tersebut.
Tatik Effendi.,S.H Selaku Presiden Lions Club Surabaya Sejahtera mengatakan bantuan yang diberikan, dalam rangka turut mendukung mewujudkan Surabaya Zero Stunting yang tengah digencarkan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
“Lions Club Surabaya Sejahtera ingin berkontribusi membantu Pemkot Surabaya menyukseskan program bebas stunting. Kami berikan bantuan kepada balita yang memiliki pertumbuhan yang terhambat, baik dari segi tinggi badan maupun berat badannya,” jelas Tatik, Sabtu (2/9/2023).
Untuk pendistribusian jenis bantuan ke balita stunting, lanjutnya, secara langsung dan didampingi oleh salah satu orang dari Kecamatan Gubeng. Sebab setiap balita yang stunting membutuhkan penanganan berbeda-beda, sesuai kondisi.
Sementara itu, Lilik Rahayu salah satu anggota dari Infinity K- Pop Dance Unit King Sejong Institute Surabaya menambahkan, Anak stunting merupakan masalah serius yang dihadapi oleh banyak negara di dunia, termasuk Indonesia.
” Oleh karena itu, Infinity K- Pop Dance Unit King Sejong Institute Surabaya dalam kesempatan kali ini ikut dalam upaya memerangi stunting di wilayah Surabaya.” Terang Ce Lilik.
Sementara itu, Sri Wahyuni yang juga perwakilan dari Lions Club Surabaya Sejahtera dan termasuk salah satu orang dari kelurahan Gubeng mengatakan bahwa Saat ini angka balita stunting di kecamatan Gubeng mencapai 20 anak. Dimana sebelumnya pada akhir tahun lalu mencapai 25 anak.
“Untuk menekan angka stunting, memang dibutuhkan kerjasama semua pihak dan bersifat berkelanjutan. Bahkan butuh koordinasi banyak elemen masyarakat.” terangnya.
Senada dengan Sri Wahyuni, Sri Rejek juga mengatakan bahwa dukungan itu perlu mulai dari pemerintah, RT/RW, tetangga sekitar, para stakeholder dan pihak swasta.
” Kalau terbentuk lingkungan yang sehat dan akses ke layanan kesehatan yang memadai, Insyallah jumlah bayi stunting di wilayah Surabaya akan berkurang drastis,” pungkasnya.
( Gtot )