Akhir-akhir ini kata milenial selalu bermunculan dalam setiap perbincangan publik yang ada dalam lingkungan masyarakat Indonesia, baik dalam sisi pendidikan, ekonomi, kebudayaan, dan agama selalu saja menyoroti peran penting generasi milenial. Apalagi berbicara tentang politik yang kian tidak ada habis-habisnya untuk menarik dukungan kaum milenial itu sendiri.
Sebagai masyarakat sipil biasa tentunya kita hanya berfikir bahwa tahun politik adalah momentum pesta demokrasi untuk mendapatkan pemimpin terbaik. Pertanyaan paling mendasar adalah apa yang harus dilakukan oleh kaum milenial saat ini, apakah acuh dengan keadaan politik sehingga memilih apatis dan terjerumus dalam pergaulan bebas. Tentunya hal tersebut bukan menjadi keinginan kita semua karena kaum milenial harus memiliki peran positif kepada kemajuan bangsa ini.
Milenial atau generasi Y-Z yang kelahirannya rentang ditahun 1980an hingga 2000, kiranya generasi milenial ini berusia antara 15 – 35 tahun. Banyak orang yang sebenarnya tidak memahami tentang milenial itu sendiri secara substansi, jika diamati secara langsung ketika kita memberikan sebuah pertanyaan kepada teman atau sahabat dekat tentang apa itu milenial. Bisa dipastikan mereka hanya memberikan kesimpulan bahwa milenial itu anak muda, dan selalu dikaitkan dengan lifestyle (gaya hidup). Padahal sebaliknya milenial adalah generasi produktif yang harus menjadi sumber penopang kemajuan bangsa ini.
Bahaya kaum milenial yang acuh terhadap kondisi politik sangat berdampak buruk pada kondisi suatu bangsa. Seperti yang kita ketahui I-ndonesia memasuki momentum tahun politik yang sangat rentan dengan konflik antar kubu satu dengan lainnya. Kawan bisa menjadi lawan dan lawan bisa menjadi kawan, kalimat inilah yang kiranya tepat disampaikan kepada semua masyarakat karena dalam dunia politik tidak ada teman sejawat yang ada hanyalah kepentingan abadi meningkat.
Dengan kepentingan politik semua bisa berubah dengan sangat cepat. Bahkan bisa kita lihat saudara sekandung pun bisa saling membenci jika berbeda pilihan, politik bagaikan cuaca yang susah untuk ditebak, mendung bukan berarti akan terjadi hujan, dan panas berkemungkinan juga akan hujan.
Kaum milenial sebagai penentu masa depan politik. Ketika para pejabat tinggi atau elit politik memainkan narasi kampanye, pastinya untuk menarik simpati dari masyarakat, dalam hal ini yang paling ditargetkan adalah kaum milenial itu sendiri. Bisa dilihat secara langsung dalam sistem kepartaian, PAN dengan gerakan pemudanya, golkar dengan angkatan mudanya, dan nasdem dengan garda mudanya, maupun partai partai besar lainnya seperti demokrat, gerindra, dan lain sebagainya.
Semua partai-partai tersebut ingin mendapatkan dukungan dari kaum milenial. Kenapa demikian, hal ini sudah menjadi perbincangan publik pada umumnya, bahwa kaum milenial atau generasi Y-Z adalah mayoritas pemilih dalam pemilihan umum eksekutif maupun legislative dalam pesta demokrasi. Seperti yang ditegaskan oleh Pramono
Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam seminar Rock Vote di Universitas Indonesia, yang menyatakan 70 hingga 80 juta dari total 193 juta pemilih atau sekitar 35 sampai 40 persen pemuda atau generasi milenial ini akan menjadi penentu masa depan bangsa dalam kontestasi politik kedepan.
Dengan begitu kita bisa menarik kesimpulan bahwa peran generasi milenial sangat berpengaruh untuk membawa masa depan bangsa Indonesia.Kaum milenial harus benar-benar objektif untuk menentukan pemimpin bangsa kedepan. Akhir – akhir ini sering bermunculan berita – berita yang saling menebar kebencian, isu Sara, berita Hoax dan lain sebagainya demi kepentingan politik sesaat dan menjadi konsumsi mayoritas generasi milenial, tentunya akan berdampak pada perdebatan kusir tanpa ada solusi cerdas sehingga menimbulkan perpecahan antar generasi anak Bangsa.
Generasi milenial tidak boleh melupakan Jas Merah atau istilah lain dari sejarah, begitulah pernyataan Bung Karno yang sangat lugas dan tegas, bahwa sejarah bukan hanya saja menjadi hawalan dalam dunia pendidikan tetapi nilai dan semangat para pendahulu bangsa harus tetap ditanamkan untuk selalu berkarya, jika dulu para pejuang bangsa berperang dengan senjata runcing bambu, pemuda – pemudi saat ini harus berkarya untuk prestasi.
Sebagai generasi milenial di zaman seperti saat ini harus memberikan kesadaran politik nilai kepada khalayak umum. Politik nilai yang dimaksut adalah berpolitik bukan hanya saja mengutarakan janji kampanye yang bersifat abstrak. Tetapi menyampaikan sebuah ide dan gagasan yang kongkrit tentang apa saja yang akan dilakukan untuk mewujudkan setiap program yang dimiliki.
Sebab demokrasi bukan hanya tentang pemilu, tetapi demokrasi adalah keterlibatan masyarakat secara umum untuk mengawal bangsa ini agar tercapai kemakmuran, keadilan, demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian generasi milenial bukan hanya menjadi komoditas politik tetapi penentu masa depan bangsa indonesia karena inovasinya, kreativitasnya, dan gerakan pendidikan politiknya. Tujuannya agar masyarakat bisa mendapatkan pengetahuan tentang hak-haknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.