Manusia dan AI
Kehadiran teknologi berbasis kecerdasan buatan atau Artificial Inteligence (AI) telah merebak pada semua sektor kehidupan manusia, mulai dari pendidikan, hiburan, industri, bisnis, kesehatan dan sektor lainya. Teknologi AI merupakan suatu teknologi komputerisasi yang dapat meniru kemampuan kognitif manusia baik tingkat sederhana hingga kemampuan yang kompleks. Karena berbasis kecerdasan buatan layaknya seperti manusia, kemunculan AI dapat menjadi pisau yang bermata dua karena selain dapat menjadi peluang untuk memudahkan pekerjaan manusia teknologi AI juga dapat menjadi ancaman bagi eksistensi manusia itu sendiri.
Meskipun kemunculan teknologi AI diangap sebagai teknologi baru, tapi sebutlnya AI telah muncul pada pertengahan abad ke-20 lampau, meskipun dengan nama yang berbeda, teknologi AI telah diperkenalkan Alan Turing seorang matematikawan dan ahli computer era modern berkebangsaan ingris dalam arrtikelnya yang berjudul “Computing Machinery and Intelligence” artikel tersebut mengemukakan bagaimana kemampuan komputer sains berkolaborasi dengan inteligensi buatan. Padhal dimasa itu bangsa Indonesia masih dalam pase mempertahankan kemerdekaan dan penyusunan pondasi mendirikan suatu negara. Seiring perkembangan jaman tekonologi berbasis kecerdasan buatan saat ini telah menjadi alat bahkan kebutuhan bagi manusia di seluruh dunia tidak terkecuali Indonesia.
Indoensia Pasar Teknologi
Perkembangan teknologi yang begitu cepat sudah tidak dapat dihindarkan. Mau tidak mau kita terbawa arus teknologi yang didominasi oleh dua raksasa ekonomi dunia yaitu Amerika dan China. Indonesia merupakan pasar teknologi yang menjanjikan, jumlah penduduk yang mencapai 273 juta jiwa dengan daya akses internet mencapai 62% dari total populasi menjadikan Indonesia sebagai target konsumen yang paling prospek untuk memasarkan produk teknologi kedua negara besar tersebut.Selain itu dukungan pasilitas jaringan internet yang mencapai 84% di daerah pedesaan yang telah dijangkau memperkuat mobilitas internet memungkinkan Indonesia menjadi raksasa ekonomi dunia atau sebagai pasar terbesar produk teknologi negara lain di dunia.
Generasi Indonesia
Wajar saja Indonesia hanya dijadikan sebagai pasar, sebab derasnya laju perubahan teknologi dunia tidak selaras dengan kecepatan kita beradaptasi dengan perubahan jaman dan teknologi. Kita masih disibukan dengan permasalahan social politik nasional yang tidak kunjung berkesudahan. Dunia pendidikan kita juga terus berkutat dengan permasalahan kurikulum, agreditasi, minimnya sarana dan prasarana, ketimpangan pendiidkan desa dan kota, ribetnya administrasi, dan status kepegawaian guru dan tendik. Sedangkan kualitas lulusan kita tidak kunjung membaik dan jauh tertinggal dari negara lain. Berdasarkan data Indonesian Development Forum (IDF) kualitas sarjana Indonesia setara dengan lulusan SMA di Denamark. Sedangkan dari data Worldtop20.org pendidiakn Indoensia berada pada pringkat ke-67 dari 203 negara dunia.
Memang betul angka melek terhadap internet kita cukup tinggi namun pertanyaan mendasarnya adalah akses internet itu digunakan untuk apa? Dari data tersebut berapa persen yang menggunakan internet untuk kegiatan produktif? Berapa total klaster pengguna internet yang terdidik? Manyoritas pengguna internet di Indonesia menggunakan internet hanya untuk keperluan konsumtif, hanya sebatas memenuhi kebutuhan akan akses media social dan belanja online di berbagai market place. Maka jangan heran media social kita dipenuhi dengan totntonan toxic, ujaran kebencia, sara, perundungan, hoax, dan jutaan konten negatif lainya. Karena masyarakat kita memang belum siap secara mental maupun keilmuan menghadapi derasnya kemajuan teknologi tersebut.
Selain media sosial, kecanggihan Artifisial Inteligen saat ini telah diterapkan hampir diselurh sektor pekerjaan, semua perusahaan berupaya mengadopsi kemampuan berbasis kecerdasan buatan untuk mempertahankan eksistensi bisnisnya. Mau tidak mau AI menggeser posisi manusia selangkah demi selangkah. Beberapa perusahaan besar telah memberhentikan karyawanya dan beralih pada pemanfaatan teknologi. Perusahaan besar seperti Alphabetnya Google yang memangkas 12 ribu atau setara 6% dari seluruh jumlah pegawainya. Perusahaan Meta induk perusahaan Facebook dan Instagram memberhentikan 10 ribu karyawanya pada awal tahun 2023 kemarin, begitu juga dengan perusahaan raksasa JPMorgan Chase yang merumahkan seribu lebih karyawannya pada awal tahun 2023. Hal ini hanyalah permulaan transisi menuju era AI. Dan kita bisa bayangkan bagaimana posisi generasi Indonesia pada masa depan jika kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak disiapkan dari sekarang.
Kesiapan Generasi Indonesia
Siap tidak siap, Indonesia akan menjadi target ekonomi dunia. Semakin terbukanya akses perdagangan antar negara dan dengan dukungan akselerasi mobilitas internet yang terus berkembang, ditambah kemajuan akan teknologi AIyang tidak dapat dihindarkan. Maka hal tersebut dapat menjadi peluang sekaligus ancaman bagi bangsa Indonesia dimasa depan. Tidak ada kata terlambat, meskipun teknologi berlari secepat kilat, jika upaya yang dilakukan sungguh-sungguh dengan penuh keyakinan dan kerja keras tidak ada yang tidak mungkin Indonesia bisa mengejar ketertinggalan. Upaya tersebut mesti dilakukan dengan terencana dan berkelanjutan, kita meski membuat “Blue print” pembangunan kualitas sumberdaya manusia mulai dari yang paling dasar seperti sosial, kesehatan dan pendidikan.
Pendidikan memang menjadi kunci mempersiapkan generasi Indonesia di masa depan. Karena pendikan yang berkualitas akan melahirkan manusia yang berkompetensi, dan dengan kompetensi tersebut Indonesia akan bangkit menjadi raksasa dunia. Kualitas pendidikan Indoneisa harus berbasis sains dan teknologi, kesenjangan pendiidikan daerah dengan kota-kota besar harus diturunkan, kompetensi guru dan dosen harus ditingkatkan, menyediakan sarana dan prasarana yang memadai dan berbasis teknologi. Menjadikan sekolah sebagai sarana pembelajaran yang menyenangkan bagi murid dan pelajar. Menjadikan kecakapan komputer dan internet sebagai kemampuan dasar lulusan bagi SMA se Se-Indonesia, melatih pelajar SMA sederajat agar memiliki soft dan hard skill agar lulusan dapat meiliki kemandirian. Menjadikan perguruan tinggi sebagai central peradaban ilmu pengetahuan, melibatkan perguruan tinggi baik dosen dan mahasiswa ikut terlibat penuh dalam segala sektor sesuai dengan basic keilmuanya. Meskipun upaya-upaya tersebut tentunya tidak sesederhana yang diutarakan diatas, pada intinya pemerintha Indonesia harus betul-betul serius untuk mempersiapkan generasi Indonesia hari ini agar Indonesia emas dapat dicapai dimasa depan.
Kita yakin dan percaya generasi muda Indonesia bukanlah generasi gagal dan hilang dari perdaban sejarah. Pada saat ini ada jutaan generasi muda Idoensia yang berkecimpung dan mencari kehidupan melalui internet dengan berbagai aplikasinya. meskipun masih bersifat sporadis dan alamiah tanpa ada interpensi dan dukungan pemerintah yang massif generasi muda Indonesia sudah mulai melek akan teknologi tersebut. Bayangkan jika pemerintah Indonesia melakukan upaya serius untuk mendukung penuh generasi muda Indonesia ini untuk ambil andil dalam perkembangan teknologitersebut. Kita yakin dan percaya Indonesia muda akan tumbuh dan membawa peradaban Indonesia maju di era yang akan datang.