Peningkatan Kapasitas PPL dan POPT, BPP Kec. Bonto Bahari Gelar Penyuluhan

Bulukumba, Indolensa.com – Dalam rangka peningkatan kapasitas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) Balai Penyuluhan Pertanian ( BPP) Kec. Bontobahari Menggelar kegiatan Diskusi 2 mingguan di kantor BPP Kec. Bontobahari Kab. Bulukumba, 26/07/2023.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas petugas teknis, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dengan muatan materi yang disampikan merupakan materi penyuluhan yang menjadi kebutuhan Petugas di tingkat kecamatan termasuk Penyuluh Swadaya.

Bacaan Lainnya
_Suasana Pelatihan Penyuluh di BPP Kec.Bontobahari.*
_Suasana Pelatihan Penyuluh di BPP Kec.Bontobahari.*

Hadir menjadi Narasumber Komang Madryah, dari Kelompok Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian tingkat Kabupaten lingkup Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kab. Bulukumba dengan materi Pengendalian Penyakit Blas pada Tanaman Padi.

Dalam penjelasannya Komang Madrya, S.P. mengungkapkan bahwa jika blas daun tidak segera tertangani dengan baik bisa mengakibatkan neck blas atau patah leher, akibatnya malai hampa sehingga mengurangi produktivitas. Secara dini juga disampaikan bahwa salah satu upaya pengendalian penyakit blas dimulai dari pengelolaan persemaan dan diikuti dengan pertanaman yang baik.

” Penyakit blas dapat dikendalikan menggunakan beberapa teknik pengendalian, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Agar pengendalian penyakit blas efektif dalam jangka waktu yang panjang perlu dilakukan perpaduan teknik-teknik pengendalian yang cocok (compatible). Beberapa cara pengendalian yang dapat dipadukan adalah teknik budi daya tanaman, penanaman varietas tahan, dan penggunaan fungisida”, Tuturnya.

Ansar, SP Kordinator Penyuluh Pertanian BPP Bonto Bahari juga menyampaikan bahwa penyakit blas di Bonto Bahari khususnya di Kelurahan Benjala masih terkendali dengan baik.

” Serangan yang dominan di setiap musim tanam yang paling sering muncul adalah penggerek batang. Penggerek batang mengakibatkan anakan mati pada tanaman stadia vegetative dan malai hampa pada tanaman stadia generative. Jika dibandingkan dengan Kecamatan lain, Bonto Bahari hanya memiliki potensi lahan sawah hanya kurang lebih 63,00 Ha”, Ungkap Ansar SP.

Editor : Arie_

Pos terkait