Ambon, Indolensa – Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Ambon, Lisa Wattimena, mendatangi SMP Negeri 14 Ambon pada Selasa (4/11) untuk memberikan materi parenting dalam program inovatif “BerObat” (Belajar Menjadi Orang Tua Hebat). Acara ini menjadi forum penting untuk membahas tanggung jawab bersama dalam mendidik anak sekaligus menyoroti ancaman kekerasan seksual, khususnya yang berbasis online.
Di hadapan ratusan siswa dan jajaran guru, Lisa Wattimena menekankan bahwa pendidikan anak adalah kolaborasi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.
”Keberhasilan pendidikan tak bisa ditumpukan pada sekolah saja, orang tua punya tanggung jawab yang sama,” ujar Lisa, mengingatkan para guru untuk tidak hanya mengajar, tetapi juga membimbing dan menjadi orang tua kedua.
Lisa juga mengajak siswa untuk berani bercerita dan meminta bantuan jika mengalami kekerasan, baik di dunia nyata maupun dunia digital, agar tumbuh sebagai generasi yang berakhlak, cerdas, dan bermental kuat.
Suasana berubah serius ketika Plt Sekretaris Dinas P3AMD Kota Ambon, Dian Saklaressy, membawakan materi perlindungan anak. Dian mengungkap fakta bahwa SMP Negeri 14 Ambon termasuk sekolah dengan angka kekerasan yang cukup tinggi, yang menandakan perlunya pembenahan nilai karakter.
Dinas P3AMD mencatat bahwa kasus kekerasan seksual terhadap anak merupakan yang tertinggi di Kota Ambon. Kasus ini seringkali bermula dari:
- Perkenalan melalui media sosial (Facebook dan Instagram).
- Pertemuan langsung yang berujung tindak kekerasan.
- Persetubuhan terhadap anak di bawah umur.
Dian menegaskan, hubungan seksual dengan dalih pacaran atau suka sama suka tidak menghapus unsur pidana jika salah satu pihak masih di bawah umur.
Materi dari P3AMD juga menyoroti bahwa teknologi dan jejak digital yang mengintai para siswa, meliputi:
- Grooming atau bujuk rayu online.
- Permintaan foto/video tidak senonoh.
- Ancaman penyebaran konten pribadi (sextortion).
- Cyberbullying yang berujung pada kekerasan seksual.
”Apa yang kalian ketik di media sosial adalah cerminan diri dan akan menjadi jejak digital yang tidak bisa dihapus,” kata Dian memperingatkan.
Kepala SMP Negeri 14 Ambon, Ramly, S.Pd, menyambut baik kegiatan ini sebagai momen refleksi penting. Ia berharap program “BerObat” menjadi titik balik untuk menciptakan sekolah yang aman, nyaman, sehat, dan bebas kekerasan, sejalan dengan pesan yang ingin ditegaskan TP PKK bahwa mendidik anak adalah tanggung jawab bersama.
