Ambon, Indolensa – Di atas bumi berjuluk Ambon Manise, di tepian Teluk yang menyimpan sejarah bahari, langit pagi itu merintikkan air mata syukur. Gerimis tipis, laksana tirai lembut yang menghiasi panggung alam, tak sedikit pun sanggup memadamkan nyala semangat para ksatria pelindung negeri.
Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Tentara Nasional Indonesia (TNI) di Markas Komando Daerah Angkatan Laut (Mako Kodaeral) IX Ambon, Minggu (5/10/2025), menjelma menjadi demonstrasi kekuatan jiwa raga yang terbalut disiplin baja. Mengusung tema besar “TNI Prima, TNI Rakyat, Indonesia Maju”, upacara ini adalah epilog dari dedikasi panjang sejak 5 Oktober 1946.
Lajur pandang hadirin diarahkan ke lapangan upacara yang basah oleh hujan, tempat Inspektur Upacara (Irup), Wakil Komandan Kodaeral IX, Laksamana Pertama TNI Dr. Muhammad Risahdi, M.Si.(Han), M.Tr.Opsla., memimpin jalannya prosesi. Di hadapannya, berbaris formasi pasukan upacara yang merepresentasikan keutuhan matra:
- Batalyon Upacara 1 (Bintang dan Wanita): Terdiri dari gabungan Perwira Menengah (Pamen), Perwira Pertama (Pama), Wanita TNI (WanTNI), dan Polisi Militer (Pom TNI).
- Batalyon Upacara 2 (Kekuatan Darat): Diperkuat oleh Denkav 5 BLC, Denzipur 5 CMG, serta unsur pendukung dari Paldam XV/Pattimura, Rindam XV/Pattimura, dan Bekangdam XV/Pattimura.
- Batalyon Upacara 3 (Trisula Gabungan): Terdiri dari satu SSK TNI Angkatan Laut, satu SST Marinir, satu SST TNI Angkatan Udara, dan satu SSK gabungan Pegawai Negeri Sipil (PNS) TNI.
Bukan hanya di daratan, mata hadirin juga dimanjakan oleh kehadiran Alutsista di perairan Teluk Ambon sebagai saksi bisu. Berjejer gagah KRI Pusepa 870 di bawah komando Mayor Laut (P) Pradiptaher Reiyanka, didampingi Patkamla 3913 dan Patkamla Hutumuri 3901. Kehadiran mereka seolah menegaskan bahwa TNI, sebagai benteng kedaulatan, selalu siap siaga di medan mana pun.
Bertindak selaku Komandan Upacara adalah prajurit kelahiran Sleman, Letkol Laut (T) Sudrajat Nugroho, S.H., M.H., Komandan Polisi Militer Angkatan Laut Kodaeral IX.
Inti dari upacara ini adalah penegasan kembali Sapta Marga TNI, Tujuh Janji Ksatria yang dilafalkan dengan lantang oleh tiga perwira muda: Letda Kavaler Ifando, Letda Laut (Khusus) Gustian Nandito Irawan, dan Letda Pom Gilbert Ariende. Pengucapan ini menjadi pengingat kolektif bahwa prajurit adalah patriot, kesatria, dan Bhayangkari negara yang memegang teguh disiplin, kejujuran, kebenaran, dan keadilan.
Momen haru juga menyelimuti penyematan Tanda Kehormatan Satya Lencana Kesetiaan, sebuah apresiasi atas pengabdian tanpa cacat. Berdasarkan Keputusan Presiden RI, tanda kehormatan dianugerahkan kepada:
- Satya Lencana Kesetiaan 8 Tahun (Kepres No. 30 Tahun 2025): Diterima oleh Kopral Dua Angkutan Gunarto dari Disang Kodaeral IX.
- Satya Lencana Kesetiaan 16 Tahun (Kepres No. 95 Tahun 2025): Diterima oleh Sersan Satu Mohamad Tamrin Henauru dari Lanud Pattimura.
- Satya Lencana Kesetiaan 24 Tahun (Kepres No. 1 Tahun 2025): Diterima oleh Kolonel Inf Jokcy Pesulima, S.Sos., Pamen Ahli Bidang Sosial Budaya Sahli Pangdam XV/Pattimura.
Penghargaan ini, yang ditandatangani langsung oleh Presiden RI Prabowo Subianto, menjadi cerminan bahwa integritas dan loyalitas jangka panjang adalah mahkota sejati prajurit.
Dalam amanat Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto, S.E., M.Si., yang dibacakan oleh Irup, terpancar sebuah panggilan jiwa yang mendalam.
”Tema ini (TNI Prima, TNI Rakyat, Indonesia Maju) relevan dengan visi misi TNI yang profesional, responsif, integratif, modern, dan adaptif,” ujar Panglima dalam naskah amanatnya. Ia menekankan bahwa makna di balik tema tersebut adalah pengulangan janji abadi: TNI lahir, bersama, dan berjuang demi rakyat.
Panglima juga mengingatkan akan dinamika lingkungan strategis global yang kompleks, menuntut TNI untuk terus meningkatkan kapabilitas, baik Alutsista maupun Sumber Daya Manusia.
Di akhir amanat, Jenderal Agus Subiyanto menyampaikan apresiasi tertinggi atas dedikasi dan integritas yang telah membuat TNI senantiasa mendapatkan tempat istimewa di hati rakyat. Namun, ia mengingatkan: “Namun, hal itu janganlah menjadikan kita lengah dan berbangga hati. Masih banyak hal yang harus kita benahi bersama.”
Pesan penutupnya sangat tegas, sebuah misi yang harus dipegang teguh: “Sehingga TNI yang kita cintai dan kita banggakan ini benar-benar menjadi garda terdepan dan benteng terakhir negara kesatuan Republik Indonesia.”
Upacara sakral ini turut dihadiri oleh para tokoh kunci Maluku, menyimbolkan sinergi tak terpisahkan antara TNI dan seluruh komponen bangsa. Terlihat hadir Wakil Gubernur Maluku, Abdullah Vanath, S.Sos., bersama istri, Kapolda Maluku Irjen Pol. Prof. Dr. Dadang Hartanto, S.H., S.IK, M.Si., Kasdam XV/Pattimura Brigjen TNI Dr. Nefra Firdaus, S.E., M.M., Sekda Provinsi Maluku Ir. Sadali IE, M.Si., serta perwakilan dari jajaran Forkopimda, PJU Kodam, Kodaeral dan Lanud Pattimura, dan organisasi istri prajurit (Persit KCK, Jalasenastri, dan PIA Ardhya Garini), Serta PNS TNI.
Kehadiran para pimpinan sipil dan militer di tengah guyuran gerimis ini adalah sebuah metafora abadi: dalam keadaan apapun, di jantung maritim Indonesia, sinergi antara TNI dan Rakyat akan selalu menjadi kekuatan yang kokoh dan tak terpatahkan. Selamat Dirgahayu ke-80 TNI.
