Seram Bagian Barat, INDOLENSA — Fenomena pergeseran sikap politik seorang tokoh muda di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) menuai kritik tajam dari publik, khususnya dari kelompok masyarakat sipil Gerakan SBB Bersih. Kritik dilayangkan setelah tokoh muda tersebut yang semula gencar melontarkan kritik kepada pemerintah, tiba-tiba meredam suaranya dan memilih diam usai diduga menerima “tawaran menggiurkan” dari lingkaran kekuasaan.
Jacobis Heatubun, atau akrab disapa Bobby, Ketua Gerakan SBB Bersih, menilai sikap tokoh muda yang dimaksud menunjukkan inkonsistensi terhadap perjuangan awal. Dalam wawancara via sambungan telepon, Bobby menyebut perubahan sikap tersebut sebagai bentuk dari “menjilat ludah sendiri”.
“Ketika seseorang gencar mengkritisi kebijakan yang tidak pro-rakyat, seharusnya ada konsistensi dalam sikap. Tapi kalau ujung-ujungnya bungkam setelah mendapatkan sesuatu dari penguasa, maka yang terjadi bukan sekadar kompromi melainkan penyerahan diri terhadap kepentingan sesaat,” tegas Bobby, Selas (29/7/25).
Bobby menyebut fenomena ini bukan hal baru dalam kehidupan sosial-politik lokal, melainkan bentuk dari apa yang ia istilahkan sebagai fatamorgana kepentingan. Menurutnya, individu-individu yang tergiur pada akses kekuasaan atau keuntungan pribadi akan dengan mudah meninggalkan idealismenya.
“Pernah meludahi, kini menjilat kembali. Itu yang kami sebut sebagai menjilat ludah sendiri,” sindir Bobby tajam.
Sebelumnya, tokoh muda yang tidak disebutkan namanya dalam wawancara ini dikenal publik melalui pernyataan-pernyataan keras terhadap kepemimpinan Bupati definitif SBB, bahkan kerap melontarkan kritik melalui media daring. Namun belakangan, setelah dikabarkan menjalin komunikasi intens dengan orang dekat Bupati, suaranya perlahan menghilang dari ruang publik.
Masyarakat pun mencermati perubahan tersebut dengan berbagai tafsir. Sebagian menilai, ini adalah cerminan dari lemahnya karakter sebagian aktor muda yang belum tuntas membedakan antara kritik sebagai alat perjuangan rakyat dan kritik sebagai tangga negosiasi pribadi.
“Kalau sudah diam, kita patut bertanya: apa yang berubah? Pemerintahnya? Kebijakannya? Atau isi rekening pribadinya?” ucap seorang warga yang enggan disebutkan namanya, dengan nada satir.
Gerakan SBB Bersih sendiri mengaku akan terus mengawasi setiap dinamika sosial-politik di wilayah tersebut. Mereka menekankan pentingnya menjaga integritas dalam setiap bentuk kritik agar suara rakyat tidak dijadikan alat transaksi.
“Suara rakyat bukan untuk dijual. Dan kritik bukan alat tawar-menawar. Jika memang berpihak pada rakyat, maka bersikaplah konsisten. Karena integritas adalah mata uang paling berharga dalam perjuangan,” tutup Bobby.
