Ambon, Indolensa – Kepala SMA Negeri 4 Ambon, Mezack Tentua, S.Th., M.Pd.K, mengungkapkan bahwa melonjaknya jumlah pendaftar di sekolah yang ia pimpin tidak lepas dari prestasi membanggakan yang berhasil diraih para siswa, serta lingkungan belajar yang kondusif dan nyaman.
Dalam wawancara di ruang kerjanya, Senin (23/6/2025), Mezack menjelaskan bahwa prestasi akademik dan non-akademik menjadi magnet utama. Siswa SMA Negeri 4 Ambon tercatat aktif mengikuti kompetisi, bahkan hingga ke tingkat internasional.
“Kita punya prestasi luar biasa. Anak-anak bisa ikut kompetisi sampai internasional, juara musikalisasi puisi tingkat nasional, juga olahraga seperti karate dan taekwondo,” ujarnya bangga.
Tak hanya unggul dalam lomba akademik, SMA Negeri 4 Ambon juga dikenal dengan ekskul marching band yang belakangan menjadi daya tarik tersendiri.
“Marching band kita ini baru terbentuk, tapi langsung jadi sorotan. Waktu tampil di Lapangan Merdeka 2 Mei lalu, sambutan luar biasa. Anak-anak dan orang tua semakin bangga jadi bagian dari sekolah ini,” ungkapnya.
Mezack menambahkan bahwa keunggulan SMA Negeri 4 Ambon tidak hanya pada prestasi, tapi juga suasana sekolah yang nyaman.
“Kita buat tribun di sekolah tempat anak-anak bisa duduk santai, makan, istirahat. Bahkan ada yang lebih suka nongkrong di tribun daripada langsung pulang. Suasananya adem, nyaman, anak-anak betah,” katanya.
Lebih lanjut, Mezack menyampaikan bahwa pihak sekolah berkomitmen terus mengembangkan potensi dan bakat siswa melalui berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Selain marching band dan musik, ia bahkan berencana menambah pelatihan alat musik biola, yang dinilai belum banyak dikembangkan di sekolah lain.
“Ukulele sudah banyak, tapi biola belum ada. Saya ingin kita punya guru biola agar siswa bisa lebih kaya keterampilan seni musik,” ujarnya.
Menurut Mezack, pihak sekolah tidak pernah memaksakan atau mengarahkan masyarakat untuk mendaftar. Namun, tingginya minat masyarakat adalah cerminan dari kepercayaan dan penilaian positif terhadap sekolah.
“Kami tidak ajak siapa-siapa, tapi masyarakat yang menilai dan memilih. Kami hanya menunjukkan hasil, dan itulah yang menjual sekolah ini,” tegasnya.
Ia mengakui bahwa sistem seleksi yang terbatas membuat pihak sekolah harus berhati-hati dalam menyaring pendaftar, karena semua anak berhak mendapatkan pendidikan.
“Ketika jumlah pendaftar melebihi daya tampung, itu jadi dilema. Siapa yang diterima, siapa yang tidak, padahal semuanya punya hak dan potensi,” tutupnya.
