Taniwel, Indolensa – Pemerintah dan masyarakat adat Negeri Neniari Gunung, Kecamatan Taniwel, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), Provinsi Maluku, bersiap mencetak sejarah baru. Sebuah lembaga pendidikan menengah berbasis adat dan budaya lokal, SMA Kristen Kapitan Pattihua Upu Rumasoal, akan segera dibangun di wilayah pegunungan yang selama ini dikenal sebagai pusat peradaban Alune-Wemale.
Tokoh muda masyarakat adat Nuruwe Lumabotoi, Jodis Rumasoal, SH., mengapresiasi penuh langkah Kementerian Agama Kabupaten SBB yang dipimpin oleh Drs. Latif Tuni beserta jajarannya dalam merealisasikan pembangunan sekolah tersebut.
“Ini bukan sekadar pembangunan fisik, tetapi sebuah kebangkitan identitas dan sejarah. Kapitan Pattihua bukan hanya pahlawan lokal, beliau simbol persatuan yang berhasil mengusir Portugis dari Pulau Seram bersama 50 kapitan lain pada 1514,” ujar Jodis.
Pembangunan SMA ini, menurut Jodis, merupakan bagian dari upaya memulihkan dan mentransformasikan nilai-nilai kearifan lokal yang selama ini terkikis oleh arus modernisasi. Sekolah ini nantinya akan mengusung sistem pendidikan yang terintegrasi dengan adat istiadat, sejarah, serta spiritualitas masyarakat setempat.
Raja Negeri Neniari Gunung, Piter Rumasoal, turut menyatakan kesiapan administrasi dan lahan pembangunan. Ia menjelaskan, peletakan batu pertama akan dilaksanakan pada tahun ajaran 2025/2026 dan direncanakan dihadiri oleh berbagai tokoh penting seperti Kepala Kanwil Kemenag, Bupati SBB, Ketua DPRD SBB, hingga Gubernur Maluku dan Ketua DPRD Provinsi Maluku.
Selain membangun sekolah, momentum ini juga akan dijadikan ajang pelestarian warisan budaya. Salah satunya adalah peresmian Rumah Tua Upu Rumasoal Hena Nenali Nuruwe Lumabotoi, dan pelaksanaan ritual adat pengukuhan tamu kehormatan di Sisine Besar Bulu Kasuale Batai, tempat sakral di jantung Negeri Neniari Gunung.
“Kami mewajibkan setiap tamu kehormatan yang hadir dikukuhkan secara adat sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan pengenalan formal kepada dunia luar,” tambah Jodis.
Menjelang acara tersebut, masyarakat juga akan melakukan ziarah budaya ke situs-situs bersejarah seperti makam Kapitan Pattihua, 50 kapitan Alune-Wemale, situs Putri Nunusaku, dan kuburan tujuh moyang Nunusaku, sebagai bentuk rekoneksi spiritual dan sejarah.
Lebih jauh, Jodis menegaskan bahwa inisiatif ini juga menjadi pintu masuk untuk mendorong pemerintah pusat dan daerah membuka akses infrastruktur penunjang seperti jalan, jembatan, dan sarana umum lainnya.
“Kami ingin wilayah pegunungan seperti Taniwel, Elpaputi, hingga Inamosol dijadikan kawasan desa agrowisata historis yang mengangkat nilai leluhur menjadi aset pariwisata dan pendidikan nasional,” tutupnya.
Dengan berdirinya SMA Kristen Kapitan Pattihua, Negeri Neniari Gunung tidak hanya mencetak generasi cerdas, tetapi juga menjaga nyala warisan budaya yang menjadi jati diri masyarakat Maluku dari masa ke masa.