Ambon, Indolensa – SMK Negeri 5 Ambon terus menunjukkan eksistensinya sebagai sekolah vokasi unggulan di Maluku dengan menerapkan program Teaching Factory (TeFa), sebuah metode pembelajaran berbasis produksi yang mengintegrasikan dunia industri langsung ke dalam lingkungan sekolah.
Program ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan produksi nyata, sekaligus menjembatani kesenjangan antara teori pendidikan dan kebutuhan dunia kerja.
Pelaksana Harian Kepala SMK Negeri 5 Ambon, Victor R. Titahena, S.Pd., dalam wawancara di ruang kerjanya, Rabu (14/5/25), menjelaskan bahwa TeFa bukan sekadar metode pembelajaran, tetapi sarana nyata membangun jiwa wirausaha dan keterampilan industri pada siswa.
“Dengan Teaching Factory, siswa tidak hanya belajar teori, tetapi langsung praktik sebagaimana dunia kerja sesungguhnya,” ujar Victor.
Salah satu sektor yang menjadi fokus utama adalah kuliner. SMK Negeri 5 Ambon telah menerima Bantuan TeFa dari pemerintah pusat, yang digunakan untuk melengkapi sarana dan prasarana sesuai kebutuhan program keahlian, serta mendukung pelatihan bagi guru dan siswa guna meningkatkan kompetensi dan hasil pembelajaran.
Melalui bantuan tersebut, sekolah mengembangkan produk-produk kuliner berbasis pangan lokal, seperti es krim dan roti dengan cita rasa khas daerah. Varian es krim yang diproduksi pun unik dan mengangkat potensi lokal, antara lain: es krim pisang tongka langit, pala, rempah, tuna, dan kelor.
“Kami tidak meniru resep dari luar, tetapi mengembangkan resep sendiri dari bahan lokal. Ini bagian dari identitas kami,” terang Victor.
Selain es krim, sekolah juga memproduksi berbagai jenis roti—cokelat, sosis, abon, daging, tuna, hingga kacang—dengan harga terjangkau, seperti es krim Rp5.000 per cup yang sudah banyak dipesan masyarakat, terutama saat perayaan hari besar atau acara resmi.
SMK Negeri 5 Ambon juga mengembangkan unit usaha lain seperti tata kecantikan, perhotelan, busana, hingga paket wisata. Meski bantuan TeFa saat ini difokuskan pada penguatan unit kuliner, Victor berharap ke depan unit lainnya dapat turut berkembang.
“Kami juga melayani pesanan katering dan jasa lainnya, baik untuk internal sekolah maupun masyarakat umum,” tambahnya.
Ia pun berharap adanya dukungan lebih dari pemerintah dan dunia industri, terutama dalam membantu mempromosikan produk siswa secara lebih luas.
“Kalau produk kami bisa digunakan dalam kegiatan resmi pemerintah atau dipromosikan lebih luas, tentu ini memberi semangat dan ruang berkarya bagi siswa,” pungkas Victor.
Inovasi yang dilakukan SMK Negeri 5 Ambon melalui Teaching Factory diharapkan dapat menjadi model bagi sekolah vokasi lain di Indonesia dalam mengembangkan keterampilan siswa serta melestarikan kekayaan kuliner lokal yang bernilai budaya tinggi.