Indolensa_Bulukumba, 4 Mei 2025 — Sawah-sawah di Desa Bontomanai, Kecamatan Rilau Ale, Kabupaten Bulukumba, kini menghadapi masalah serius akibat banyaknya sampah plastik dan sachet yang mencemari area pertanian.
Sampah tersebut diduga berasal dari kebiasaan warga yang membuang limbah rumah tangga ke saluran air di depan rumah mereka. Air yang tercemar kemudian mengalir ke sistem irigasi, sehingga memenuhi lahan pertanian warga.
Syahrul, seorang aktivis lingkungan dari Bulukumba, mengungkapkan bahwa setiap musim tanam, petani harus bekerja ekstra membersihkan sawah dari tumpukan plastik.
“Plastik bisa mengganggu pertumbuhan padi. Ini bukan hanya menyulitkan petani, tapi juga merugikan secara ekonomi,” jelasnya saat ditemui di salah satu sawah yang tercemar.
Ia menekankan pentingnya peraturan yang melarang warga membuang sampah ke saluran air. “Kalau perlu diberi sanksi tegas supaya jera. Kalau dibiarkan, petani yang dirugikan karena padi tidak bisa tumbuh produktif,” tambah Syahrul.
Lebih lanjut, Syahrul menyarankan agar pemerintah desa Bontomanai tidak tinggal diam. Ia mendorong desa untuk memberi edukasi kepada masyarakat mengenai bahaya sampah plastik, serta menyediakan fasilitas pengelolaan sampah dan menetapkan peraturan desa (Perdes) terkait pengelolaannya.
“Desa juga bisa melibatkan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Bulukumba. DLHK punya banyak program seperti Bank Sampah dan Kampung Merdeka Sampah yang bisa dimanfaatkan,” jelasnya.
Kekhawatiran tidak hanya datang dari sisi lingkungan dan pertanian. Amiruddin, peneliti dari Yayasan Ecoton, menambahkan bahwa sampah plastik yang masuk ke sawah dapat berubah menjadi mikroplastik.
“Plastik tidak bisa hancur. Ia akan terurai menjadi mikroplastik yang berbahaya jika terserap oleh tanaman, termasuk padi. Mikroplastik bahkan sudah ditemukan dalam darah manusia, otak, hingga janin,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa selain membahayakan kesehatan, pencemaran plastik juga berpotensi mengganggu produktivitas pertanian.
“Kalau produktivitas menurun, ketahanan pangan nasional bisa terganggu,” tutup Amiruddin.
Masalah ini menjadi peringatan penting bahwa sampah plastik bukan sekadar persoalan kebersihan, tetapi juga ancaman bagi kesehatan dan ketahanan pangan. Perlu kerja sama antara masyarakat, pemerintah desa, dan instansi terkait untuk menangani persoalan ini secara serius.