Simalungun |ILC
Pembangunan jembatan penghubung antara Desa Nauli Baru dan Janggir Leto, Kabupaten Simalungun, yang baru rampung pada akhir Desember 2024, menuai sorotan tajam dari masyarakat. Proyek yang digadang-gadang akan menjadi akses vital bagi kegiatan pertanian warga ini justru menimbulkan kekecewaan mendalam.
Pasalnya, jembatan yang dibangun dengan dana APBD melalui Dinas Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Simalungun itu, belum genap setengah tahun selesai, kini sudah mengalami keretakan di berbagai sisi. Ironisnya, infrastruktur tersebut bahkan belum pernah dilalui kendaraan roda empat.
Pada Kamis, 24 April 2025, tim media melakukan peninjauan langsung ke lokasi dan menemukan sejumlah kejanggalan. Beberapa warga menyampaikan keluhan dan kekecewaan mereka, antara lain:
1.Janji Manis Tak Terpenuhi: Pemenang tender proyek pernah berjanji akan memperbaiki jalan desa yang rusak akibat lalu lalang truk pembawa material. Namun, hingga kini, jalan tersebut dibiarkan berlumpur dan membentuk kubangan sepanjang 500 meter.
2.Jembatan Tanpa Manfaat: Warga menilai jembatan tak bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan utama, yakni mengangkut hasil pertanian, karena kondisi jalannya tak mendukung.
3.Kualitas Fisik Dipertanyakan: Retakan-retakan pada struktur jembatan yang belum digunakan menimbulkan dugaan adanya pekerjaan asal-asalan dan tidak sesuai spesifikasi.
Kepala Desa Nauli Baru, Titok Parhusp, menyatakan telah mencoba berkoordinasi dengan pihak kontraktor agar segera memperbaiki jalan rusak. Namun, upaya tersebut hingga kini belum membuahkan hasil. Sementara itu, pihak kontraktor dan BPBD belum dapat dimintai tanggapan, meskipun sudah dihubungi melalui pesan WhatsApp.
Kondisi ini memunculkan dugaan adanya praktik Mark-Up anggaran dalam pembangunan jembatan tersebut. Warga mendesak pihak Inspektorat, Tipikor, maupun Kejari Simalungun untuk segera turun tangan mengaudit proyek ini agar kerugian negara dapat dicegah dan pihak yang bertanggung jawab segera diproses sesuai hukum.
Redaksi : Arif