Morela, Indolensa – Sorak sorai ribuan warga menggema di lapangan Masjid Negeri Morella, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, saat para pemuda bertelanjang dada mencambuk satu sama lain dengan sapu lidi dari pohon enau. Atraksi yang digelar setiap 7 Syawal itu bukan sekadar tontonan, tapi perwujudan semangat juang leluhur dalam Perang Kapahaha yang berlangsung lebih dari tiga abad lalu.
Tahun ini, perayaan tradisi Pukul Sapu Lidi yang jatuh pada 17 April 2024 kembali memikat ratusan wisatawan domestik hingga mancanegara. Mereka rela menempuh perjalanan 30 kilometer dari Kota Ambon demi menyaksikan pesta budaya yang penuh nuansa heroik dan spiritual itu.
Setibanya di lokasi, para pengunjung disambut dengan pertunjukan tarian cakalele dan bambu gila—ritual pembuka yang mengundang decak kagum sekaligus rasa magis.
Atraksi utama diawali dengan pukulan simbolis oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Maluku, Penjabat Bupati Maluku Tengah, perwakilan Kapolda Maluku, serta unsur Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Setelah itu, dua kelompok pemuda Morella berhadapan dengan membawa batang lidi berukuran besar. Tanpa mengenakan atasan, mereka saling mencambuk bergantian diiringi musik tradisional Totobuang.
Darah segar menetes dari luka-luka akibat pukulan, namun tak satu pun ekspresi kesakitan terlihat. Sebaliknya, semangat dan sorak kebanggaan menyelimuti arena. Tradisi ini bukan tentang kekerasan, melainkan simbol pengorbanan, persatuan, dan harga diri sebagai anak cucu pejuang.
“Bayangkan, mereka sampai berdarah begitu tapi tidak merasa sakit. Mereka malah bahagia, rela tubuhnya dicambuk,” ungkap Benoni Teurup, salah satu penonton yang sudah dua kali menyaksikan atraksi ini.
Menariknya, usai saling mencambuk, para pelaku atraksi saling berpelukan. Tak ada dendam, tak ada amarah. Hanya persaudaraan dan tawa kebanggaan.
Makna dan Akar Sejarah
Raja Negeri Morella, Fadil Sialana, menjelaskan bahwa tradisi ini bertujuan menanamkan nilai-nilai heroisme kepada generasi muda serta mempererat ikatan anak negeri dengan leluhur mereka.
“Secara khusus, atraksi ini adalah penghormatan atas perjuangan Kapitan dan Malesi dalam Perang Kapahaha. Secara umum, ini adalah sarana membangun silaturahmi, cinta budaya, dan semangat kebangsaan,” jelasnya.
Sejarah mencatat bahwa tradisi ini berakar dari upacara pelepasan para pejuang yang tertawan dalam perang di Benteng Kapahaha (1637–1646). Pukulan sapu lidi saat itu menjadi simbol luka perjuangan melawan Belanda, sekaligus ikrar untuk mengenang perjuangan dan menetapkannya sebagai tradisi tahunan setiap 7 Syawal.
Tradisi ini juga menjadi ajang temu kangen anak cucu Kapitan dan Malesi dari berbagai penjuru seperti Huamual, Seram, Ternate, Gowa, Tuban, dan Mataram—merekonstruksi silaturahmi lintas pulau dan sejarah.
Prosesi Sakral dan Pariwisata Budaya
Atraksi dilakukan dengan pembagian dua regu, masing-masing beranggotakan sekitar 10 orang. Mereka mengenakan celana pendek, bertelanjang dada, dan ikat kepala merah. Setelah prosesi adat di rumah pusaka marga Wakang (Pessy), kedua regu bertemu di arena untuk saling memukul menggunakan lidi pohon enau berukuran besar.
Luka akibat pukulan diobati secara tradisional dengan getah daun jarak—sebuah proses pemulihan yang menyimbolkan penyembuhan luka perjuangan.
“Ini bukan hanya tentang tradisi, tapi juga kekayaan budaya yang bisa menjadi daya tarik wisata potensial di Maluku,” tambah Raja Fadil.
Negeri Morella: Warisan Leluhur, Pilar Persatuan
Negeri Morella sendiri adalah penggabungan dari empat negeri lama: Kapahaha, Iyal Uli, Putulesi, dan Ninggareta. Negeri ini terbentuk dalam bingkai kekerabatan dan hukum adat yang kuat, mencerminkan masyarakat yang hidup dari satu akar budaya dan satu nilai kebersamaan.
Dalam konteks modern, tradisi Pukul Sapu Lidi menjadi representasi utuh dari semangat nasionalisme, persaudaraan, dan pelestarian budaya lokal.
Dengan kearifan lokal yang terus terjaga dan partisipasi masyarakat yang tinggi, Morella menunjukkan kepada dunia bahwa budaya bukan sekadar warisan—ia adalah napas, jati diri, dan perekat bangsa.