Semarang, Indolensa – Dari garis depan pandemi Covid-19 hingga kini mengenakan seragam polisi, Marlina Putri Purnamasari Pekpekai (29), dokter asal Papua, menempuh jalan pengabdian yang tak biasa. Lolos seleksi Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana (SIPSS) 2025, ia kini bersiap menjalani tugas baru sebagai perwira Polri.
Keputusan Putri untuk beralih ke Korps Bhayangkara tidak terjadi begitu saja. Dari ruang isolasi pasien Covid-19 hingga medan vaksinasi massal, ia melihat bagaimana kepolisian memainkan peran besar di luar penegakan hukum.
Putri, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana (Ukrida) Jakarta, memulai kariernya sebagai dokter internship di RS Angkatan Laut (RSAL) Merauke dan Puskesmas Karang Indah, Merauke. Namun, ketika pandemi melanda, segalanya berubah.
Saat mengurus Surat Tanda Registrasi (STR) di Jakarta, ia mendapat ajakan dari seorang senior untuk bergabung sebagai relawan medis di Wisma Atlet, rumah sakit darurat Covid-19 terbesar di Indonesia. Tanpa ragu, ia menerima panggilan itu.
“Situasi saat itu gawat. Tenaga medis sangat dibutuhkan, dan saya tidak bisa tinggal diam,” ujarnya saat ditemui di Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang, Jumat (7/3/2025).
Selama enam bulan, Putri berjibaku di ruang isolasi, bekerja dalam shift panjang hingga 12 jam sehari dengan mengenakan APD lengkap. Ia masih mengingat saat harus berlari menuruni empat lantai dengan pakaian hazmat demi menyelamatkan pasien yang kondisinya mendadak kritis.
“Di situ, saya sadar bahwa pengabdian adalah soal keberanian, bukan hanya soal profesi,” katanya.
Setelah pandemi mereda, Putri melanjutkan tugas sebagai relawan Yayasan Tunas Bhakti Nusantara dalam program vaksinasi massal ‘Vaksin Merdeka’ yang diinisiasi Polres Metro Bekasi. Di sinilah ia melihat sesuatu yang berbeda.
“Saya pikir tugas polisi hanya soal patroli dan penegakan hukum. Tapi di lapangan, mereka juga berjibaku untuk kesehatan masyarakat,” ungkapnya.
Dari diskusi dengan para kapolsek dan kapolres, ia melihat ruang pengabdian yang lebih luas dalam Polri. Keinginannya sederhana: tetap menjadi dokter, tapi dengan jangkauan yang lebih besar.
Putri akhirnya mendaftar seleksi SIPSS melalui Polda Papua dan berhasil lolos. Kini, ia tengah menjalani pendidikan perwira di SIPSS Gelombang I 2025.
Meski kini berseragam polisi, Putri tak melupakan mimpinya: kembali ke Papua dan membawa perubahan dalam dunia medis di kampung halamannya.
“Papua masih kekurangan tenaga kesehatan. Saya ingin kembali dan mengabdi, kali ini sebagai dokter sekaligus perwira Polri,” tuturnya.
Dari APD ke seragam Bhayangkara, Dokter Putri membuktikan bahwa pengabdian tak mengenal batas. Medan juangnya mungkin berubah, tapi misinya tetap sama: menyelamatkan nyawa dan melayani rakyat dengan hati.