Ungkapan Protes Budayawan Di Hari Wayang Nasional

 

Surabaya, ILC— Dalam momen peringatan hari wayang Nasional ke 6 tahun, Media dan LSM Jawapes (Jaringan Warga Peduli Sosial) bersama Perkumpulan Seni dan Budaya Bumi Laras Manunggal menggelar pagelaran wayang kulit lintas generasi dengan penampilan 11 Dalang di Sanggar Budaya Bumi Laras Manunggal Jl Gayung Kebonsari 60 Surabaya.

Bacaan Lainnya

 

Ketua Panitia yang juga CEO Jawapes, Rizal Diansyah Soesanto, ST, CPLA menyampaikan sejak Kepres dikeluarkan 7 November 2018 saat itu sebagai ungkapan rasa syukur menggelar pagelaran wayang kulit hingga saat ini yang ke 7 kalinya diadakan Jawapes bersama Bumi Laras Manunggal.

 

“Sejak Kepres ditandatangani sudah 7 kali diadakan, namun tidak sesuai harapan hampir tidak ada peran pemerintah ingin mensupport memperingati hari wayang Nasional ini. Pernah sekali bantu sekedarnya tapi diundang tidak ada yang mau datang,” ungkap Rizal dalam sambutannya, Rabu (20/11/2024).

 

Pagelaran ini menampilkan 5 Dalang cilik yaitu Ki Ahmad Mustawan Firdausi (12 tahun), Ki Saka Pradita (4 tahun), Ki Andra Setiawan Dwi Putra (10 tahun), Ki Arsaka Mikaelo Nazwardi Sakip (6 tahun) dan Ki Satriya Khairunisa (12 tahun). Disamping Dalang cilik juga ada penampilan 6 Dalang dewasa dan senior dengan lakon Dewa Ruci.

 

“Mereka yang tampil adalah para generasi Indonesia Emas, dukungan kita sangat diharapkan agar mereka tetap terus berkarya,” jelas Rizal.

 

Rizal berharap adanya Asta Cita Prabow-Gibran dimana salah satunya berbunyi perkuat penyelarasan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan, alam, dan budaya menjadi perhatian Pemerintah dalam pelestarian budaya.

 

Ketua BUMI Laras Manunggal, Kompol (Pur) Dr. H. Adam Suwito, SH, MH menjelaskan sanggarnya selama ini dengan alat seadanya telah melatih anak-anak untuk mengenal perdalangan secara gratis.

 

“Percuma Presiden mengeluarkan Kepres jika Pemerintah di Jawa Timur khususnya Surabaya tidak punya rasa memiliki untuk memperingati Hari Wayang Nasional. Kegiatan ini menjadi ungkapan protes budayawan di Hari Wayang Nasional,” kesal Suwito.

 

Kami hanya ingin diberi ruang agar generasi muda diberi kesempatan tampil dan merasa bangga memiliki warisan wayang kulit.

 

Sementara itu Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Kota Surabaya, Ki Sudiro Lebdo Wicoro menyesalnya selama ini mengadakan peringatan hari wayang nasional tidak pernah ada support dari Pemerintah Kota Surabaya.

 

“Kalau HUT Kota Surabaya bisa menghabiskan ratusan miliar, tapi hari wayang nasional tidak ada anggaran seakan tidak peduli,” ujar Ki Sudiro.

 

Sedangkan Ketua Pepadi Pasuruan, Ki Sengguk Adiguno merasa prihatin akan minimnya anggaran Kebudayaan khususnya wayang kulit.

 

“Semoga dengan berdirinya Kementerian Kebudayaan dalam Kabinet Merah Putih dapat lebih memberikan warna dalam melestarikan budaya bangsa,” harap Ki Sengguk.

 

Ketua DPD Rumah Gibran Jawa Timur, Eko Tjahjono Prijanto yang hadir merasa prihatin melihat kondisi ini walaupun tidak ada dukungan pemerintah tapi tetap semangat memperingati hari wayang nasional.

 

“Hal ini akan saya sampaikan ke Pusat hingga ke Mas Gibran selaku Wakil Presiden agar lebih memperhatikan wayang kulit,” tegas Eko.(Red)

Pos terkait