Malteng Tetap Menjaga Kestabilan Harga Inflasi

Masohi, Indolensa – Kabulaten Maluku Tengah (Malteng) sejak Januari 2024 sudah ditetapkan sebagai kota Inflasi oleh Badan Pusat Statistika (BPS), maka Malteng harus menjaga Kestabilan harga sejumlah komoditi pemicu terjadinya inflasi.

Untuk itu, pemerintah Kab. Malteng melalui Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura yang dikomandoi oleh Arsad Slamat, terus melakukan sejumlah program maupun terobosan agar tetap mempertahankan statusnya sebagai kota Inflasi dengan tetap menjaga kestabilan harga beberapa komoditi.

Bacaan Lainnya

Kepada wartawan di ruang kerjanya, Rabu 28 Februari 2024, Arsad Slamat menyampaikan, sejumlah komoditi pemicu inflasi tersebut diantaranya, Bawang, Cabai, Beras, Telur dan beberapa komoditas lainnya.

“Setelah ditetapkan sebagai kota Inflasi, kami terus berupaya melalui sejumlah program maupun terobosan untuk tetap menjaga kestabilan sejumlah komoditi penyebab inflasi,” kata Arsad.

Saat ini Pemerintah Malteng telah menyediakan pasar khusus di kota Masohi, yakni Pasar Binaiya sebagai pusat aktifitas dan pengawasan terhadap harga komoditas barang.

” Secara rutin Kita tetap memantau setiap hari Senin dan Selasa dengan menggelar operasi pasar untuk menekan harga subsidi dari komoditi-komoditi untuk diberikan kepada konsumen sehingga harga dapat terjangkau,” ungkap Arsad.

Menurutnya, untuk komoditi Bawang Merah menjelang Puasa hingga Lebaran, rencananya akan dilakukan panen lokal itu sekitar 60 ton dari produksi di Tanjung Sial dan Telaga Kodok.

“Untuk panen lokal bawang merah ini akan dilakukan di lokasi produksi di Tanjung Sial dan Telaga Kodok sekitar 60 ton. Jumlah ini saya kira sudah bisa mengatasi ketersediaan stok bawang merah saat bulan suci Ramadhan nanti,” Arsad.

Maluku Tengah memiliki produksi Cabai adalah yang terbesar di Maluku Tengah dengan total luas lahan produksi sebesar 110 hektar tersebar di kabupaten Maluku tengah dengan banyaknya produksi 1,5 ton per satu hektar lahan.

Arsad menjelaskan, ketika harga Cabai mahal, Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Malteng melakukan gerakan tanam Cabai, dengan mengharuskan seluruh petani menanam Cabai.

“Tapi ketika harga Cabai turun, Tim TPID hanya diam, akhirnya kita harus tetap berpihak pada para petani ini agar standar harga supaya petani tidak merugi dan harga di pasaran tetap tidak jatuh terlalu jauh,” kata Arsad.

Karena kalau harga Cabai itu jatuh terlalu jauh atau terlalu murah maka petani akan merugi dan merusak tanaman Cabai mereka karena biaya produksi sangat mahal lantaran harga pupuk dan obat itu mahal sementara harga pupuk dan obat kan tidak bisa di subsidi. Inilah yang menjadi salah satu kendala bagi Maluku Tengah.

Arsad mengatakan, dengan produksi Cabai yang cukup baik ini, pihaknya akan tetap menjaga tingkat produksi petani maupun kestabilan harga di pasaran.

Dirinya berharap, pemerintah daerah tidak perlu lagi mendatangkan stok Cabai dari luar, karena jika mendatangkan pasokan dari luar maka harga Cabai di pasaran akan jatuh terlalu jauh, karena stok yang tersedia bisa sampai bulan suci Ramadhan sampai Idul Fitri nanti.

Pos terkait