Maluku, Indolensa – Memasuki tahun politik dan pemungutan suara yang semakin dekat, maka masyarakat dituntut memiliki kesadaran secara aktif untuk mengawal proses pemilihan umum (pemilu) yang jujur, terbuka dan berintegritas, termasuk para pendidik/guru dan organisasi profesi guru.
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSG) meminta presiden hingga dinas-dinas pendidikan di berbagai daerah untuk menjadi role model pendidikan politik yang baik bagi peserta didik. Hal itu disampaikan dengan melihat jumlah pemilih pemula yang cukup tinggi, yang notabene anak sekolah yang saat ini berada di jenjang SMA dan SMK.
“FSGI yang mengikut sertakan selama Pemilu para guru cukup memiliki pengaruh menjadi salah satu acuan para peserta didiknya dalam memilih siapa dalam Pemilu,” ucap Ketua Dewan Pakar FSGI Retno Listyarti lewat keterangannya, Kamis (01/02/2024).
Sebab itu, kata Retno, para pendidik, apalagi yang berstatus aparatur sipil negara (ASN) wajib menjaga netralitas. Jangan seorang guru ASN menyampaikan pilihan politiknya di kelas, termasuk di media sosial karena akan menggiring peserta didiknya memilih pasangan calon (paslon) tertentu yang sama dengan pilihan gurunya.
“Guru SMA Negeri 1 Ambon harus netral tidak boleh terjun dalam politik praktis,” kata Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Ambon, Drs. A.R. Tahalele, M.Si, saat menyikapi hal ini kepada Wartawan di ruang kerjanya, senin (05/02/24).
Netralitas ASN diatur berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Netralitas Pegawai Aparatur Sipil Negara dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum dan Pemilihan.
Tahalele mengatakan netralitas bisa ditunjukkan dengan tidak berpihak pada salah satu peserta Pemilu 2024. Sikap itu juga perlu ditunjukkan baik di lingkungan masyarakat maupun pekerjaan.
“Artinya bahwa Gurunya tidak di perkenankan untuk mengajak siswa-siswinya untuk memilih calon manapun, bahkan partai manapun,” kata dia.
Tahalele menyebut para guru dan siswa-siswinya juga harus menggunakan hak pilih pada hari pemungutan suara pada Pemilu Februari 2024. Tak lupa mengajak anak didik pemegang hak suara untuk menggunakan hak pilihnya di TPS nanti.
“Kami juga sudah menyampaikan ke siswa-siswa agar tidak golput (golongan putih). Sebagai pemilih pemula kami sudah sosialisasikan secara serentak,” ujarnya.
Ia menambahkan lembaganya tak menerapkan mekanisme khusus mengawasi satu per satu guru yang berpotensi melanggar prinsip netralitas saat pemilu. Tetapi, Ia berharap para guru menyadari dan melakukan hal itu sebagaimana mestinya.
“Saya kira guru atau pelajar pada SMA Negeri 1 Ambon tetap Netral dan menjaga pemilu damai, walaupun kita berbeda pilihan” ungkapnya.