Maluku, Indolensa – Kepala Staf Kodam (Kasdam) XVI/Pattimura, Brigjen TNI Agung Pambudi, bertindak sebagai Inspektur Upacara dalam Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78, bertempat di lapangan Upacara Markas Komando Daerah Militer (Makodam) XVI/Pattimura, Kamis (17/8/2023). Bertindak selaku Komandan Upacara Letkol Inf John Balubun, upacara tersebut diikuti oleh seluruh Prajurit Kodam XVI/Pattimura baik Perwira, Bintara dan Tamtama serta PNS.
Dalam amanat Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono, S.E., M.M,. yang dibacakan Kasdam mengatakan, Peringatan hari ulang tahun kemerdekaan seperti ini, pada hakekatnya merupakan bentuk penghormatan sekaligus penghargaan kita kepada para pejuang, pendiri Republik ini, para pahlawan sejati, yang telah memberikan segala-galanya melampaui dari apa yang seharusnya diberikan.
“Setelah 78 tahun Indonesia merdeka, kini menjadi tugas kita semua untuk mengisi kemerdekaan. TNI harus menjadi perekat kemajemukan bangsa, karena TNI merupakan garda terdepan dalam menjaga kerukunan, toleransi dan kebhinekaan, sehingga bangsa Indonesia tetap menjadi bangsa yang utuh, kuat dan tangguh”, ujar Panglima TNI.
Panglima TNI berpesan “Mari kita jadikan peringatan kemerdekaan Indonesia ini menjadi tonggak baru untuk membangun komitmen yang lebih segar dengan memupuk karakter dan nilai-nilai luhur bangsa. Sebab apapun peran dan tugas yang prajurit serta PNS jajaran TNI lakukan, kita berada dalam satu kesatuan dan komando TNI”.
Usai pelaksanaan Upacara, Kodam XVI/Pattimura menggelar Gebyar Lomba dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia. Berbagai perlombaan mulai dari perlombaan anak-anak hingga perlombaaan dewasa digelar di Markas Kodam XVI/Pattimura. Bukan hanya di Makodam saja, tetapi di seluruh Satuan jajaran Kodam XVI/Pattimura juga menggelar hal serupa.
Kapendam XVI/Pattimura Letkol Arh Agung Sinaring M menjelaskan, secara umum, tradisi-tradisi dari bangsa Nusantara ini tidak lepas dari nilai. Hampir semua yang menjadi kebiasaan masyarakat, memiliki nilai-nilai luhur yang terselip didalamnya.
“Karena itu, tradisi-tradisi dalam lomba 17 Agustus itu juga pasti mengandung makna yang hendak diajarkan oleh sesepuh atau bahkan leluhur terdahulu kepada generasi saat ini. Makna-makna itu menjadi modal untuk diaktualkan dalam Gebyar Lomba saat ini,” pungkas Kapendam.
Kapendam menambahkan, pengemasan dalam bentuk permainan, bahkan dilombakan, menunjukkan kecerdasan para leluhur Nusantara dalam pola penanaman nilai-nilai tertentu kepada anak cucunya, sehingga generasi muda tidak merasa dipaksa mengerjakan, bahkan dilakukan dengan penuh keriangan serta kemeriahan.
”Selain itu, nilai umum lainnya dalam lomba-lomba 17-an itu adalah memupuk kebersamaan dan budaya kerja sama yang menjadi fondasi utama saat bangsa kita dulu berjuang mengusir penjajah,” tandasnya.