Bambu Runcing: Monumental Sejarah Kota Langsa

Taman Bambu Runcing adalah salah satu tempat bersejarah bagi perjalanan sejarah Kota Langsa, akan tetapi fakta yang bisa kita saksikan bahwasannya taman bambu runcing sekarang menjadi taman wisata bermain masyarakat. Sehingga nampaknya menulis nama perusahaan baterai di tiang lebih baik ketimbang menulis nama para pejuang yang telah mengibarkan bendera merah putih itu pertama kali dilangsa. Padahal bambu runcing dapat menjadi sebuah monumen yang menyimpan sepenggal cerita yang begitu berarti bagi perjalanan sejarah Kota Langsa sendiri.

Bangsa jepang begitu ambisius untuk dapat menduduki seluruh penjuru wilayah di Aceh, hingga akhirnya mereka mendaratkan diri ke pantai timur aceh, dimana bangsa jepang pun masuk sampai ke kota langsa, kehadiran bangsa jepang membuat periodisasi sejarah kota langsa memasuki periodisasi baru dimana hadirnya bangsa jepang membuat perioderiasasi bangsa kolonial telah berakhir dan periodisasi masa kemerdekaan telah dimulai. Sejak tanggal 12 maret 1942, setelah serdadu fasis jepang menginjakan kakinya di bumi langsa pada jam 11.30 siang. Namun disisi lain juga perubahan kesejarahan Langsa yang dimana berakhir serta runtuhnya kekuasaan kolonial belum banyak terungkap bagaimana sesunguhnya situasi terakhir kenegerian Langsa menjelang berakhirnya kekuasaan kolonial yang berubah manjadi kekuasaan pendudukan jepang serta dimulainya juga pendudukan tentara Jepang di Langsa.

Bacaan Lainnya

Namun ternyata dengan hadirnya bangsa jepang membuat sebuah kepanikan bagi bangsa kolonial jelas saja dimana tiga pimpinan kolonial yang hendak melarikan diri dari Langsa berhasil ditangkap oleh bangsa jepang, penangkapan tersebut tak lain dan tak bukan untuk mengabisi secara habis kekuasaan bangsa kolonial dilangsa, penangkapan itupun terjadi bersamaan dengan masuknya militer jepang pada tanggal 12 maret 1942, persis beberapa saat setelah pasukan jepang masuk melalui kuala bugak pada jam 05.00 pagi, sebuah peristiwa penyanderaan yang melibatkan 4 orang petinggi Belanda telah terjadi di Birem Rayeuk pada kira-kira jam 08 pagi (artinya hanya berselang 3 jam setelah pendaratan tentara Jepang di Bugak). Penangkapan 3 pimpinan kolonial akhirnya berhasil diamankan di Birem Rayeuk, diantara lain: dr. A. Telings (Dokter Rumah Sakit Umum Langsa, A.A.H. Schjrinus (lentnant der Invantri detasmen Langsa), Telken Berg ( administratuur Vico Langsa).

Peristiwa itu sendiri terjadi pada kira-kira jam 8.20 pagi, tanggal 12 Maret1942 Setelah penangkapan 3 pimpinan kolonial yang dilakukan militer jepang menandakan habisnya masa kolonial dilangsa, namun untuk menghetahui perjalanan sejarah masa kemerdekaan dikota Langsa masih perlu kajian yang lebih mendalam.

Perjuangan masyarakat langsa dalam merebut kemerdekaan begitu berat tidak hanya dari perjuangan mereka untuk dapat mengibarkan bendera merah putih pertama di langsa melainkan juga pengorbanan masyarakat untuk mengetahui bahwasannnya Indonesia sudah merdeka di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945, untuk mengetahui indonesia merdeka terdapat sebuah cerita yang sangat mengesankan dimana hal itu terjadi pada malam hari, 30 September 1945 dimana bapak Ghazali Idris selaku orang pertama yang mengetahui informasi tersebut, langsung merasakan sebuah ekspresi sumringah atau bahagia, hingga pada akhirnya beliau memberanikan diri menerobos masuk kedalam biskop Dai Toa yang sedang memutarkan film dan meminta izin kepemilik bioskop, kata Gahazali bahwasannya ini perintah dari kepala kepolisian untuk sekiranya dapat memberhentikan film, hingg aakhirnya beliaupun diizinkan oleh pemilik bisokop Dai Toa untuk berbicara, ketika lampu bioskop dihidupkan beliau pun naik ke atas panggung dan berbicara dengan tenang dia pun mengumumkan kepada masyarakat langsa bahwasannya Indonesia di Jakarta sudah merdeka dan saya mendegar kabar ini dari media radio bahwasannya indonesia sudah merdeka di Jakarta, sontak respon masyarakat sangat bergemuruh bahagia dimana akhirnya negeri ini sudah merdeka. berkat informasi dari beliau mengangkat semangat masyarakat langsa untuk segera mungkin juga bisa mengibarkan bendera merah putih di Langsa dan juga segera bisa mengusir jepang dari Kota Langsa.

Hingga pada akhirnya beberapa tokoh masyarakat langsung merancang kemerdekaan serta merancang penaikan bendera sang saka merah putih pertama di Kota Langsa, melalui catatan jejak sejarah Kota Langsa dimana pada 2 oktober 1945 bendera sang saka merah putih pertama pun terkibar dan saat itu juga langsa resmi menjadi bagian dari negara Kesatuan Republik Indonesia Pada Tanggal 2 Oktober1945 meski momentum kemerdekaan pentingnya adalah17Agustus 1945.

Peristiwa momentum bersejarah itu terjadi dihalaman bambu runcing, dari peristiwa pengibaran bendera sang saka merah putih pertama di Langsa tersebut melibatkan banyak kalangan yang bahu membahu untuk dapat mewujudkan itu terjadi disini penulis ingin menjelaskan tokoh utama dalam pengibaran bendera sang saka merah tersebut, terdapat 8 nama tokoh yang yang beperan antara lain: Usman AMS, Abdullah Nyak Husein, Basuki, Ghazali Idris, Usman Nurzadin, Hamid Abdullah, Tengku Ismail Usman, dan Peutua Husein
Dari nama-nama diataslah dapat kita ketahui bahwasannya 8 (delapan) nama ini tokoh penting dibalik terkibarnya sang saka merah putih pertama di Kota Langsa bukan hal mudah bagi 8 tokoh tersebut bisa memerdekakan Langsa, meskipun tidak terjadinya hambatan terlalu besar bagi mereka, akan tetapi perjuangan mereka sirna begitu saja dikarenakan nama mereka tidak dapat diabadikan di tempat bersejarah tersebut.

Ghazali Idris mendengar kabar bahwasannya indonesia telah merdeka dijakarta melalui radio, saat itu ia mendegarkan tidak sendirian melainkan bersama koleganya termasuk Basuki dan Usman AMS, sebelum mereka mendegarkan radio, radio tersebut mengalami masalah yang mana suara yang dikeluarkan radio tersebut tidak begitu jelas, sehingga usman ams meminta bantuan kepada Basuki untuk memperbaiki radio tersebut, dikarnakan Basuki pada masa itu bekerja sebagai pegawai Telkom, hingga akhirnya ra dio tersebut terselesaikan hingga bisamengeluarkan suara, Ketika mendengar kabar dari radio tersebut Ghazali Idris langsung bergerak menemui kepala kepolisian langsa yakni Abdullah Husein untuk meminta izin agar bisa melakukan kemerdekaan sekaligus pengibaran bendera, sekaligus untuk mengumumkan kepada masyarakat di bioskop Dai Toa, dan disisi lain Usman AMS selaku pegawai Gun Shaibu ataupun kantor sipil jepang, Usman AMS sebagai sosok yang fasih berbahasa jepang akhirnya mencoba membuka pembicaraan langsung dengan Hitakura selaku kepala sipil pemerintahan jepang di Langsa.

Namun usaha Usman AMS sendiri belum menemui hasil maksimal sehingga peran dari Abdullah Husein sangat berpengaruh dalam kemerdekaan dilangsa yang mana ia selaku kepala kepolisian Langsa kepercayaan jepang menjadi fasilitator sekaligus jaminan untuk pengibaran bendera di Langsa, Hitakura pun tak dapat melakukan banyak tentangan di karenakan ia menyadari bahwasannya negaranya sudah habis lebur dibantai oleh sekutu yang tejadi di Hirosima dan Nagasaki, dengan perjanjian tersebut akhirnya Usman AMS dan kolega sesegera mungkin menyusun kemerdekaan di Langsa, kemerdekaan di langsa berbeda dengan kemerdekaan di wilayah aceh lainnya, pengibaran bendera di langsa sangat berjalan kondusif karena adanya sebuah jaminan langsung dari bangsa jepang sendiri, agar berjalan kondusif proses pengibaran bendera tersebut, Abdullah Husein menghimbau usman ams dan kolega untuk mengibarkannya didepan halaman rumah dari Hitakura sendiri, dimana rumah Hitakura berada disisi sebelah dari taman bambu runcing tersebut, atau pun jika kita melihat posisi rumah Hitakura sekarang berada ditempat yang namanya Rumah Makan Angkringan pada hari ini, itu lah kenapa pengibaran sang saka bendera merah putih pertama di kibarkan di Taman Bambu Runcing.

Dalam proses pengibaran nya pun turut hadir beberapa tokoh terkemuka dan para rakyat Langsa sendiri seperti: Teuku Chiek Muhammad Daud Syah (Kaum Ulee Balang), Abdusuki, Abdullah Husein, Usman AMS dan Kolega, Usman Nuraden, Para Murid, Guru Guru, Hampir seluru karyawan Kereta Api dan momen bersejarah tersebut terjadi pada tanggal 02 Oktober 1945 di tempat yang kini bernama Taman Bambu Runcing.

Kedudukan jepang menjadi fase periodisasi yang amat bersejarah baik bagi negeri kita Indonesia maupun Kota Langsa, keperkasaan, kekejian, ketidakmanusiaan mereka menjadi cermin betapa kejamnya masa jepang, namun dibalik itu semua terdapat beberapa hal baik dari masa pendudukan mereka, kedudukan mereka di Langsa menjadikan momentum sejarah penting dari jejak sejarah Kota Langsa sendiri, banyak tokoh masyarakat yang berjuang habis-habisan untuk terjadinya kemerdekaan di Kota Langsa, hingga pada akhirnya 2 Oktober 1945 menjadi tanggal bersejarah bagi kota ini, kemerdekaan di Kota Langsa pun terjadi di tempat yang sakral, tempat bersejarah di Taman Bambu Runcing.

Akan tetapi sedikit ironi tempat sakral tersebut sekarang hanya sekedar diberi nama Taman Bambu Runcing, seharusnya ini menjadi pembelajaran bagi kita untuk menghargai nilai sejarah yang ada, harapannya agar nama Taman Bambu Runcing tersebut dapat dirubah Menjadi Monumen Bambu Runcing, dimana Bambu Runcing mengambarkan semangat masyarakat Kota Langsa untuk dapat bebas dari masa penjajahan kolonial maupun masa pendudukan Jepang sendiri agar rakyat Langsa bebas dari penindasan, akhir dari penulisan ini penulis ingin mengucapkan beribu terima kasih untuk para pejuang yang sudah mengorbankan segalanya untuk terciptanya kemerdekaan di kota ini, membuat kita semua hidup dalam kedamaain ketentraman yang luar biasa pada hari ini. seperti yang selalu Bung Karno katakan “JASMERAH” (Jangan Sesekali Melupakan Sejarah). Akhir kata saya ingin mengucapkan Terima Kasih semoga tulisan ini dapat kita sempurnakan bersama dan mohon maaf atas kekurangan dari penulisan ini.

Pos terkait