Mencermati keadaan terhadap kondisi rekan rekan Cipayung plus Aceh Tenggara saat ini, sangat terlihat redup dalam menyampaikan sebuah gagasan atau argumen di ruang publik melalui tulisan, maupun secara peranan dan pergerakannya. Mencermati kondisi cipayung plus di Aceh Tenggara (Agara) untuk menantang dengan keras rekan- rekan Cipayung plus Agara untuk beramai ramai menyampaikan gagasanya dalam bentuk tulisan.tentunya dalam bentuk tulisan tersebut bisa menjadi diskursus publik.
Pada posisi inilah cipayung plus dapat menjadi leader opinion (mengendalikan opini publik). Bukan sebaliknya, yang justru bersikap seperti pemadam kebakaran, artinya disaat ribut disitu pula ngekor pembicaraan, sehingga tidak ada bedanya dengan bebek-bebek yang berteriak dalam satu barisan. Sungguh miris jika organisasi kemahasiswaan benar sedemikian.
Sejatinya, lembaga yang tergabung di Cipayung plus di Agara berperan sebagai penyeimbang (social control), baik itu terkait isu-isu yang hangat dibicarakan oleh masyarakat maupun isu-isu yang ditutupi kalangan elite. Memperhatikan aktivitas Cipayung plus di Agara saat ini memang tampak solid dan aktif dalam berperan di daerah, baik dari sisi kegiatan internal masing-masing maupun kegiatan kolaborasi yang dilakukan oleh para pimpinan di lembaga Cipayung plus se-Agara.
Cipayung plus Agara sendiri terdiri dari tujuh lembaga organisasi eksternal yang tergabung di dalamnya yaitu organisasi PMII, HMI, GMNI, GMKI, IMM, HIMMAH, KAMMI. Kegiatan Cipayung plus Agara saat ini cukup tersorot oleh pandangan masyarakat. Banyak kegiatan Cipayung plus menjawab dan memperhatikan permasalahan-permasalahan sosial di Agara. Cipayung plus Agara juga aktif berperan sebagai pemuda penggerak yang sangat kreatif dan berfikir keritis terhadap dinamika daerah.
Gerakan Cipayung plus Agara saat ini, sudah cukup bagus dan sangat berkembang, serta memiliki kompeten yang baik dalam menanggapi isu-isu yang beredar di masyarakat Hanya saja bagaimana Cipayung plus di Agara dapat mendorong dan mengawal, serta menyampaikan problem solving secara progresif, baik terhadap masyarakat maupun birokerasi pemerintahan di Agara. Sehingga Cipayung plus tidak hanya turun kejalan tanpa adanya gagasan yang kuat dan cerdas dalam menyelesaikan permasalah yang ada di daerah.
Untuk itu, mendeliaktika gagasan ke ruang publik sangat perlu dan penting. Ada banyak gagasan dari tulisan yang harus diciptakan oleh Cipayung plus di Agara, baik tentang isu demokrasi, pendidikan, ekonomi dan terkhususnya di bidang pertanian seperti kelangkaan pupuk organik yang sering kali terjadi beberapa waktu kebelakang di Agara.
Dengan adanya intensitas yang tinggi dalam penyampaian gagasan melalui tulisan, maka akan menjadi sebuah pendobrak semangat rekan-rekan Cipayung plus di Agara kedepannya. Jangan jadikan demonstrasi saja sebagai jurus andalan dalam menyampaikan aspirasi ke ruang publik atau ke birokrasi pemerintahan. Jauh dari itu, untuk menyulut progresifitas nalar dan kecakapan dalam ber argument serta meningkatkan kapasitas setiap kader yang ada di Cipayung pulus Agara, patut juga digalakkan melalui penyampaian gagasan secara tulisan.
Disinilah publik dapat melihat sejauh mana kefaliditas dan kecakapan masing-masing kader Cipayung plus di Agara, sebab bergagasan melalui tulisan itu identik dengan proses bergagasan secara berkelanjutan. Bukan sekedar mengulang isu yang digulirkan di meja kopi setiap malam sampai pagi, sehingga menjadikan kader-kader Cipayung plus di Agara, tidak produktif dan dangkal dalam bergagasan.
Dalam konteks inilah saya sekaligus juga kader Cipayung plus di Agara menantang rekan-rekan semua secara positif untuk berani dan mampu dalam menyampaikan gagasan melalui tulisan. Bukankah kita ini dinaggap sebagai kaum intelektual? Lantas kenapa kita tidak bisa bergagasan melalui tulisan? Mungkin jawaban jujurnya ada di diri kita semua.
Selain dari sekedar menantang, anggap saja ini sebagai refleksi kita bersama dalam meningkatkan citra serta gerakan Cipayung plus di Agara kedepannya, dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pembaca ataupun bagi masyarakat yang mencerna gagasan atau argumen yang disampaikan oleh rekan-rekan Cipayung plus di Agara, melalui karya pemkiran sendiri yang di tuangkan dalam sebuah tulisan.
Upaya dalam menjawab tantangan ini, Cipayung plus di Agara jangan hanya berdiam diri, harus ada tindak lanjut yang konkrit dari rekan-rekan Cipayung plus se Agara, guna memutakhirkan gagasan yang sudah ada, sebab gagasan tersebut harus diuji llebih tajam secara kolektif di ruang publik. sehingga gagasan rekan-rekan Cipayung plus di Agara tidak sama seperti yang disampaikan LSM abal abal.
Ketika Cipayung plus di Agara saling adu gagasan, maka akan lebih indah lagi dalam mewarnai agenda pencerahan publik di Kabupaten Aceh Tenggara. Dengan berbagai literasi serta pemahaman yang berbeda-beda dapat dicurahkan ke dalam sebuah gagasan, dan publik dapat menilai perkembangannya. Dalam menantang hal ini pula, jangan jadikan sebagai ruang siapa yang paling hebat atau paten dalam memberi gagasan, melainkan sebgai upaya saling menguatkan dalam menyampaikan gagasan.
Kalau hal ini tidak dapat dicapai oleh Cipayung plus se Aceh Tenggara, bagaimana mungkin ingin mencapai hal-hal yang lebih besar lagi. Jangan hanya sekedar menyampaikan gagasan melalui mulut belaka, sebab intelektualititas kita juga diuji melalui gagasan yang berakhir pada karya.